TUBERKULOSIS
PARU
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tubeculosis.
2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman
adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit
infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam
jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening
setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan
tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang
kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis
post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap
basil tersebut.
3.
Proses
Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease
yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu
terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan
3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet
nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari
langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab
dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara
dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di
samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran
pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
4. Insiden
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit
yang sangat epidemik karena kuman mikrobakterium tuberkulosa telah menginfeksi
sepertiga penduduk dunia. Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan
pada tahun 1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse
chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan global
penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta bahwa pada
sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali, hal ini
disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita
menular (BTA positif).
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap
tahun terjadi sekitar sembilan juta penderita dengan kematian tiga juta orang
(WHO, 1997). Di negara-negara berkembang kematian karena penyakit ini merupakan
25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95 %
penyakit tuberkulosis berada di negara berkembang, 75 % adalah kelompok usia
produktif (15-50 tahun). Tuberkulosis juga telah menyebabkan kematian lebih
banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas.
Di indonesia pada tahun yang sama,
hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit
tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor
satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi
583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru
tuberkulosis dengan BTA positif.
5.
Anatomi
dan Fisiologi
Saluran penghantar udara hingga
mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx trachea, bronkus, dan
bronkiolus. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam.
rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum. (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput
lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan
farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam.
rongga hidung. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Laringx
(tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan dari
columna vertebrata, berjalan dari farinx. sampai ketinggian vertebrata
servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan
tulang rawan yang diikat bersama oleh ligarnen dan membran.
Trachea atau batang tenggorok kira-kira
9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus
(bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat
beberapa jaringan otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan
dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus
terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas
assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki
kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya
dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir
paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira
0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai
Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori
kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu : (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer. (2) menyaring bahan beracun dari sirkulasi (3) reservoir darah (4) fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Proses fisiologi pernafasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan C02 dikeluarkan keudara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu : (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara darah sistemik dan sel.-sel jaringan (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk- mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pemapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer. (2) menyaring bahan beracun dari sirkulasi (3) reservoir darah (4) fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
6. Patofisiologi
Port de’ entri kuman microbaterium
tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka
pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne),
yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di
bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses
dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi mcajadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi
oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari
7. Manifestasi Klinik
Tuberkulosis sering dijuluki “the great
imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit
lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
a.
Gejala respiratorik, meliputi:
§
Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
§
Batuk
darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
§
Sesak
napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
§
Nyeri
dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b.
Gejala
sistemik, meliputi:
§
Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
§
keringat malam,
§
anoreksia,
§
penurunan berat badan serta
§
malaise.
§
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam
beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
c.
Gejala
klinis Haemoptoe:
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring
dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
§
Batuk darah
a.
Darah dibatukkan dengan rasa panas di
tenggoroka
b.
Darah berbuih bercampur udara
c.
Darah segar berwarna merah muda
d.
Darah bersifat alkalis
e.
Anemia kadang-kadang terjadi
f.
Benzidin test negatif
§
Muntah
darah
a.
Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b.
Darah bercampur sisa makanan
c.
Darah berwarna hitam karena bercampur
asam lambung
d.
Darah bersifat asam
e.
Anemia seriang terjadi
f.
Benzidin test positif
§
Epistaksis
a.
Darah menetes dari hidung
b.
Batuk pelan kadang keluar
c.
Darah berwarna merah segar
d.
Darah bersifat alkalis
e.
Anemia jarang terjadi
8.
Test
Diagnostik
Foto thorax PA dengan atau tanpa
literal merupakan pemeriksaan radiology standar. Jenis pemeriksaan radiology
lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan lain-lain.
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi
radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b. Bayangan yang
berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c. Kelainan yang
bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang
menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ; Ditemukannya kuman
micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru.
Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan
apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3
kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan
resistensi terhadap pengobatan.
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia
Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia
9.
Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB
klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
a.
TB
Paru BTA Positif dengan kriteria:
§
Dengan atau tanpa gejala klinik
§
BTA positif: mikroskopik positif 2
kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong
radiologik positif 1 kali.
§
Gambaran radiologik sesuai dengan TB
paru.
b.
TB
Paru BTA Negatif dengan kriteria:
§
Gejala klinik dan gambaran radilogik
sesuai dengan TB Paru aktif
§
BTA negatif, biakan negatif tetapi
radiologik positif.
c.
Bekas
TB Paru dengan kriteria:
§
Bakteriologik (mikroskopik dan biakan)
negatif
§
Gejala klinik tidak ada atau ada gejala
sisa akibat kelainan paru.
§
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB
inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
d.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat
(lebih mendukung).
10. Penanganan Medik
Tujuan pengobatan pada penderita TB
Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau
resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi
2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan
obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
a.
Adanya
komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.
b.
Diagnosis
TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan
penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan
di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
c.
Pengobatan
TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas
Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum
obat setiap hari.
d.
Kesinambungan
ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
e.
Pencatatan dan pelaporan yang
baku.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :
1.
Riwayat
Perjalanan Penyakit
a.
Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah,
aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil,
berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea
saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah
paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b.
Pola
nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak
diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c.
Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.
Rasa
nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena
batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang
sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah
keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap
dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
2.
Riwayat
Penyakit Sebelumnya:
a.
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak
sembuh-sembuh.
b.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d.
Riwayat kontak dengan penderita
Tuberkulosis Paru.
e.
Daya tahan tubuh yang menurun.
f.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
3.
Riwayat
Pengobatan Sebelumnya:
a.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan
sehubungan dengan sakitnya.
b.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c.
Berapa lama. pasien menjalani
pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
d.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan
terakhir.
4.
Riwayat Sosial Ekonomi:
a.
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan,
waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
b.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan,
tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga
yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
5.
Faktor
Pendukung:
a.
Riwayat lingkungan.
b.
Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum
alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien
dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
6.
Pemeriksaan
Diagnostik:
a.
Kultur sputum: Mikobakterium
Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
b.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi
positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
c.
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada
area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada
kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan
bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
e.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju
Endap Darah (LED).
f.
Spirometri: penurunan fuagsi paru
dengan kapasitas vital menurun.
7.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah
sebagai berikut:
a.
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah,
Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
b.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema
bronchial.
c.
Resiko
tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh
menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat
infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang
pengetahuan tentang infeksi kuman.
d.
Perubahan
kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk
yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan
finansial.
e.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak
ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak
lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
8.
Rencana
Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang
ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai
berikut:
a.
Bersihan
jalan napas tidak efektif
Tujuan: Mempertahankan jalan napas
pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk
memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan
sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan
tepat.
Intervensi:
Intervensi:
1.
Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas,
kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Rasional: Penurunan
bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi
secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan
dan kerja pernapasan meningkat.
2.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan
secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional: Pengeluaran
sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka
bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3.
Berikan pasien posisi semi atau Fowler,
Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
Rasional: Meningkatkan
ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan
gerakan sekret agar mudah dikeluarkan
4.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,
suction bila perlu.
Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
5.
Pertahankan intake cairan minimal 2500
ml/hari kecuali kontraindikasi.
Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
6.
Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional: Mencegah
pengeringan membran mukosa.
7.
Berikan obat: agen mukolitik,
bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas
Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas
8.
Bantu inkubasi darurat bila perlu.
Rasional: Diperlukan
pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau perdarahan paru akut.
c. Gangguan pertukaran gas
Tujuan: Melaporkan
tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi
1.
Kaji dispnea, takipnea, bunyi
pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada
dan kelemahan.
Rasional: Tuberkulosis paru dapat
rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari
bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2.
Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran,
catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna
kuku.
Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
3.
Demonstrasikan/anjurkan untuk
mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis
atau kerusakan parenkim.
Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
4.
Anjurkan untuk bedrest, batasi dan
bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
5.
Monitor GDA.
Rasional: Menurunnya saturasi oksigen
(PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih.
adekuat atau perubahan terapi.
6.
Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional: Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar
paru.
d. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran
infeksi
Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan
pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman.
Intervensi
1. Review patologi
penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada
jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi
melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
2. Identifikasi
orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman,
orang dalam satu perkumpulan.
Rasional: Orang-orang yang beresiko
perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Anjurkan pasien
menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika
batuk.
Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah
terjadinya penularan infeksi.
4. Gunakan masker
setiap melakukan tindakan.
Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.
Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.
5. Monitor
temperatur.
Rasional: Febris merupakan indikasi
terjadinya infeksi.
6. Identifikasi
individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru,
seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat
penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.
Rasional: Pengetahuan tentang
faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan
menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.
7. Tekankan untuk tidak
menghentikan terapi yang dijalani.
Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
8. Pemberian terapi
INH, etambutol, Rifampisin.
Rasional: INH adalah obat pilihan bagi
penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya.
Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk
2 bulan pertama.
9. Pemberian
terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin,
streptomisin.
Rasional: Obat-obat sekunder diberikan
jika obat-obat primer sudah resisten.
10. Monitor sputum
BTA
Rasional: Untuk mengawasi keefektifan
obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi.
e. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Tujuan: Menunjukkan
berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda
malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi:
Intervensi:
1.
Catat status nutrisi paasien: turgor
kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
Rasional: berguna dalam mendefinisikan
derajat masalah dan intervensi yang tepat.
2.
Kaji pola diet pasien yang
disukai/tidak disukai.
Rasional: Membantu intervensi kebutuhan
yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
3.
Monitor intake dan output secara
periodik.
Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi
dan cairan.
4.
Catat adanya anoreksia, mual, muntah,
dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar (BAB).
Rasional: Dapat menentukan jenis diet
dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
5.
Anjurkan bedrest.
Rasional: Membantu menghemat energi
khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.
6.
Lakukan perawatan mulut sebelum dan
sesudah tindakan pernapasan.
Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
7.
Anjurkan makan sedikit dan sering
dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
8.
Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan
komposisi diet.
Rasional: Memberikan bantuan dalarn
perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet.
9.
Konsul dengan tim medis untuk jadwal
pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.
Rasional: Membantu menurunkan insiden
mual dan muntah karena efek samping obat.
10. Awasi
pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).
Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.
Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.
11. Berikan
antipiretik tepat
Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan
metabolik dan konsurnsi kalori.
f. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.
Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensi
1.
Kaji kemampuan belajar pasien misalnya:
tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan
belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.
Rasional: Kemampuan belajar berkaitan
dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada
kemarnpuan pasien.
2.
Identifikasi tanda-tanda yang dapat
dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan
bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Rasional: Indikasi perkembangan
penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
3.
Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat.
Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik,
mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak.
4.
Berikan Informasi yang spesifik dalam
bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.
Rasional: Informasi tertulis dapat
membantu mengingatkan pasien.
5.
jelaskan penatalaksanaan obat: dosis,
frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi
penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain.
Rasional: Meningkatkan partisipasi
pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat.
6.
jelaskan tentang efek samping obat:
mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan
tekanan darah
Rasional: Mencegah keraguan terhadap
pengobatan sehingga mampu menjalani terapi.
7.
Anjurkan pasien untuk tidak minurn
alkohol jika sedang terapi INH.
Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis
Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis
8.
Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan
menjalani terapi etambutol.
Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau.
Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau.
9.
Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
kecemasan. Jangan menyangkal.
Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping.
Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping.
10. Berikan gambaran tentang pekerjaan
yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam,
pertambangan, pengecatan.
Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus.
Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus.
11. Anjurkan untuk berhenti merokok.
Rasional: Merokok tidak menstimulasi
kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis.
12. Review tentang
cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.
Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.
g. Evaluasi
1.
Keefektifan bersihan jalan napas.
2.
Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi
kebutuhan individu.
3.
Perilaku/pola hidup berubah untuk
mencegah penyebaran infeksi.
4.
Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan
meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
5.
Pemahaman tentang proses
penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk
memperbaiki kesehatan.
No comments:
Post a Comment