Saturday, September 6, 2014

Konsep historis keperawatan




Perkembangan Keperawatan di Dunia
Keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia yaitu Adam dan Hawa. Keberadaannya tak pernah dipungkiri. Oleh karena itu perkembangan keparawatan termasuk yang kita ketahui sekarang tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Kepercayaan terhadap anemisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi social ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissance serta gerakan reformasi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia.

Pada zaman purbakala (primitive Cultures) manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai suatu kekuatan spiritual/mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini disebut anemisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu yang besar, gunung-gunung tinggi, pohon-pohon besar, sungai-sungai besar . Peran perawat tidak berkembang karena mereka lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit yang dialaminya karena dukun dianggap lebih mampu untuk mencari mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit.

Fenomena ini terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina, pada masa ini, Bangsa Mesir misalnya menyembah Dewa Isis, dewa yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit demikian pula di Cina. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh Syetan atau mahluk halus dan akan bertambah parah jika orang memegang orang yang sakit. Akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang sakit.

Kemajuan peradaban manusia dimulai ketika mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama Kristen. Kemajuan ini terlihat jelas, pada zaman Pemerintahan Constantyn Agug. Ia mendirikan xenodhoecin atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Manastic Hospital. Rumah sakit ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan untuk merawat orang sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai tempat merawat orang cacat, miskin dan yatim piatu.

Seperti halnya di Eropa, pada pertengahan abad VI Masehi, keperawatan juga berkembang di  benua Asia. Tepatnya pada Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan Agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa ( Spanyol dan Turki). Pada masa ini di Jajirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Hal ini menyebabkan keperawatan juga mengalami kemajuan. Prinsip-prinsip dasar  perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan diri (personal higiene), kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa ini adalah Rafidah.

Pada permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi pada kekuasaan yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibatnya banyak gereja dan tempat ibadah yang ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde keagamaan untuk merawat orang sakit, kondisi ini berpengaruh terhadap perkembangan keperawatan.

Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negative. Penutupan gereja dan tempat ibadah menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya dilakukan oleh orde-orde agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima bekerja sebagai perawat dan masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak akan bekerja diluar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor C. dkk, 1989).

Disisi lain adanya perang seperti Perang Salib berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban peang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang diperkejakan sebagai perawat. Mereka terdiri atas orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami ke medan perang turut merawat orang sakit jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulai dikenal konsep P3K ( Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ) keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang social.

Peran rumah sakit, terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan keperawatan pada masa ini (zaman pertengahan). Pertama, Hotel Dieu di Lion. Meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan wanita tuna susila ( wts ) yang telah bertobat, rumah sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan keperawatan pada rumah sakit itu juga. Menurut beberapa literature, peraturan-peraturan pada pendidikan keperawatan di rumah sakit ini hampir sama dengan peraturan pendidikan perawat sekarang. Kedua, Hotel Dieu di Paris. Di Rumah sakit ini pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat pada agama. Pelopor perawat yang terkenal di Rumah Sakit ini adalah Genevieve Bouquet. Ketiga, St. Thomas Hospital. Didirikan pada tahun 1123 M. dirumah sakit inilah Florence Nightingale memulai karirnya memperbaharui keperawatan.

Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi social masyarakat merubah peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai banyak dipercaya orang dan contohnya adalah Florence nightingale. Florence Nightingale lahir pad atahun 1820 dari keluarga yang kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggrisdab dengan  pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun.

Pecahnya Perang Krim ( Crimean war ), dan penunjukan dirinya oelh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada sebuah Rumah Sakit Militer di Turki memberi peluang baginya untuk meraih prestasi (Kalish and Kalish, 1986, dikutip dari Taylor C, 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasila mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menapis anggapa negative terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.

Perkembangan Keperawatan di Inggris
Seusai Perang Krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris, sejarah perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggeris membuka jalan bagi negeri-negeri lain. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dalam perawatan dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan, misalnya pendidikan perawat di London Hospital meskipun kurikulumnya belum teratur. Pada tahun 1820 perkembangan keperawatan mengalami kemajuan paling pesat berkat Florence mendirikan sekolah perawat modern. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.

Konstribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa akupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat ( Dalon, 1978, dikutip dari Taylor C, 1989 ).

Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Tidak banyak literature yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia. Seperti hal perkembangan keperawatan didunia pada umumnya, perkembangan di Indonesia juga dipengaruhi kondisi social dan ekonomi yaitu penjajahan pemerintah colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indoensia merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia, pada hakekatnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan yang dibagi atas orde lama dan era orde baru.

Pada masa pemerintahan colonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpleger dengan dibantu zieken appaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah sakit “Binnen Hospital”  di Jakarta yang didirikan tahun 1979 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah colonial Belanda di bidang kesehatan pada masa ini antara lain : membentuk Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherhs Dienst dan Dinas Kesehatan rakyat atau burgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit – rumah sakit ini termasuk usaha Daebdeks mendirikan rumah sakit di Jakarta, Semarang dan Surabaya, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.

Berbeda dengan ketika VOC berkuasa, Gurbernur Jendral Inggris : Raffles ( 1811-1816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya “kesehatan adalah miliki manusia” ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.

Setelah pemerintah colonial kembali ke tangan Belanda tahun, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta, tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satu diantaranya adalah rumah sakit Stadsverband berlokasi di Glodok-jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan  di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ( RSCM) saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan Zending protestan. Misalnya ; RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat RS St. Corolus Salemba -  Jakarta Pusat RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabet di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit di atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudian RSCM, menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.

Kekalahan Tentara Sekutu dan kedatangan Jepang ( 1942 – 1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berkibat buruk pada perkembangan keperawatan di Inggris sehingga disebut zaman kegelapan dunia keperawatan di Inggris. Maka penjajahan Jepang merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia, pekerjaan perawat yang pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik dan menjadi perawat. Demikian pula pimpinan rumah sakit yang sebelumnya orang-orang Belanda kemudian diambil alih oleh orang-orang Jepang. Obat-obatan sangat kurang sehingga wabah penyakit timbul dimana-mana. Demikian pula bahan-bahan balutan sangat kurang sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.

Pembangunan dibidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai dibangun. Pada tahun 1952, Sekolah Perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawatan dan Sekolah Perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan professional mulai didirikan pada tahun 1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profsional pemula. Hamper bersamaan dengan ini didirikan pula Akper milik Depkes di Ujung pandang. Bandung dan Palembang. Jumlah Akper terus bertambah dan saat ini ( Desember 1996), telah berjumlah 227 buah

Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan ( PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu Keperawatan, Institusi ini dipelopori oleh Tokoh keperawatan Indonesia antara lain, Achir Yani S, Hamid MN,DN.Sc, mendiang Dra. Christin S Ibrahim MN, Phd, Tien Gartinah MN, dan Dewi Irawaty MA. dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat professional. “Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan instruksi dokter. Tegas Prof.Dr.Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tempat disenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama 1988. Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat professional, memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti dibidang keperawatan serta menghasilkan tenaga keperawatan professional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek dibidang kedokteran.

Saat ini melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I tahun 1996, PSIK FKUI telah berulah status Fakultas mandiri menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ( FIK-UI) melengkapi Fakultas Ilmu Keperawatan – UI pada Universitas Pajajaran Bandung sejak beberapa tahun lalu didirikan pula Program Studi Ilmu Keperawatan.


Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Ketika ada pertanyaan, “apakah keperawatan merupakan satu profesi?” maka salah satu pertimbangan kita untuk menjawab pertanyaan ini adalah meneliti ada atau  tidaknya organisasi profesi. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki organisasi profesi yang sangat bermanfaat dalam menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan keperawatan, membuat legislasi dan membahas berbagai fenomena yang terjadi atau berhubungan dengan profesi keperawatan.

Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkaan diri sebagai ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan fungsi social yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, serta merupakan asosiasi yang bersifat sukarela. Organisasi profesi bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh diantara anggoatanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan anggotanya disertai peningkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang baik dengan organisasi profesi lain (International Council of Nurses dikutip dari Report on the Regulation of Nursing, 1985). Dibawah ini diuraikan profil beberapa organisasi keperawatan.

International Council of Nurses ( ICN)
International Council of Nurses merupakan organisasi professional wanita pertama di dunia organisasi ini didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 dimotori oleh Mrs.Bedford Fenwick, ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia. Tujuan pendirian ICN adalah mempekokoh silaturahmi para perawat dari seluruh dunia, memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan, menjungjung tinggi peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan dan kode etik profesi keperawatan.

Kode etik keperawatan menurut ICN ( 1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat universal. Keperawatan menjungjung tinggi kehidupan, martabat dan hak asasi manusia, kperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit, usia, jenis kelamin, aliran politik, agama dan status social ( taylor C.,dkk, 1989). ICN mengadakan kongres setiap empat tahun sekali. Kongres pertama diadakan di London 1900. dan kongres terakhir pada akhir tahun 1996 diadakan di Bandar Sri Begawan, Brunai Darussalam.

Organisasi Profesi Keperawatan di Amerika Utara
Ada tiga organisasi profesi keperawatan yang besar di Amerika Utara yaitu American Nurses Association ( ANA), Canadian Nurses Association ( CAN) dan National League Nursing ( NLN).

American Nurses Association adalah organisasi profesi perawat ( Registered nurses) di Amerika serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat  dari Negara-negara bagian, ANA berperan dalam menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, serta menampilkan mutu pendidikan keperawatan, pemberian izin bagi praktek keperawatan mandiri.

National League for Nursing ( NLN) adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang berkaitan dengan keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten perawat ( pekarya) dan agencies. Didirikan pada tahun 1952, bertujuan untuk membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan  keperawatan dan pendidikan keperawatan.

British Nurses Association ( BNA)
British Nurses Association adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada tahun 1887 oleh Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh perawat di Inggris dan  berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PNNI)
Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah perhimpunan seluruh perawat di Indonesia, didirikan pada tanggal 17 Maret 1974, sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. pada saat itu profesi perawat sangat dihormati masyarakat berkenan dengan tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Oergantian kata Boemibatera pada PKVB menjadi Indonesia pada PKVI ini, tidak lepas dari semangat nasionalisme Indonesia PKVI bertahan sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas Sekutu. Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan disebut zaman gelap keperawatan di Indonesia. Pelayanan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerjaan perawat digantikan oleh mereka yang tidak memahami keperawatan. Demikian pula organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi yang ada antara tahun 1945-1954 yaitu Persatuan Djuru kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam    (Perjurais) dan serikat Buruh Kesehatan ( SBK). Pada tahun1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya konsolidasi organsasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dna merubah nama PDKI menjadi persatuan Pegawai Dalam kesehatan (PDKI) dengan keanggotaannya tidak saja meliputi perawat. Demikian pula tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia ( IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia ( IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun 1969. dan akhirnya pada tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan terkecuali Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan di Indonesia hingga saat ini.
Sebagai organisasi profesi PPNI mempunyai peranan penting dalam melakukan pembinaan anggotanya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Serta mengelola pelayanan keperawatan.Pembinaan perawat sebagai anggota PPNI dapat dilakukan melalui penentuan kualifikasi anggoat, penetapan legislasi, penetapan kode etik, pengembangan karir dan peningkatan kesejahteraan perawat. Peran PPNI dalam mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan dilakukan dengan merencanakan menciptakan iklim yang mendukung bagi penelitian keperawatan, mengidentifikasi masalah yang perlu diteliti dibidang pendidikan, pelayanan dan manajemen keperawatan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan institusi pelayanan dan pendidikan keperawatan untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan keperawatan termasuk mempersipkan sumber daya peneliti dibidang keperawatan. Sedangkan peran PPNI dalam mengelola pelayanan keperawatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan dapat dilakukan dengan cara merumuskan, registrasi dan lisensi keperawatan.

No comments:

Post a Comment