Perkembangan
Keperawatan di Dunia
Keperawatan
lahir bersamaan dengan penciptaan manusia yaitu Adam dan Hawa. Keberadaannya
tak pernah dipungkiri. Oleh karena itu perkembangan keparawatan termasuk yang
kita ketahui sekarang tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Kepercayaan
terhadap anemisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi social
ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissance serta gerakan
reformasi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia.
Pada
zaman purbakala (primitive Cultures) manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi
mempunyai suatu kekuatan spiritual/mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, kepercayaan ini disebut anemisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti
batu-batu yang besar, gunung-gunung tinggi, pohon-pohon besar, sungai-sungai
besar . Peran perawat tidak berkembang karena mereka lebih mempercayai dukun
untuk mengobati dan merawat penyakit yang dialaminya karena dukun dianggap
lebih mampu untuk mencari mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh
orang sakit.
Fenomena
ini terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina, pada masa ini, Bangsa Mesir
misalnya menyembah Dewa Isis, dewa yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit
demikian pula di Cina. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh
Syetan atau mahluk halus dan akan bertambah parah jika orang memegang orang
yang sakit. Akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang sakit.
Kemajuan
peradaban manusia dimulai ketika mengenal agama. Penyebaran agama sangat
mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap
perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai
berkembang. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring
dengan kepesatan perkembangan agama Kristen. Kemajuan ini terlihat jelas, pada
zaman Pemerintahan Constantyn Agug. Ia mendirikan xenodhoecin atau hospes dalam
bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan
terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.
Kemajuan
profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit
terkenal di Roma yang bernama Manastic Hospital. Rumah sakit ini dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan untuk
merawat orang sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai tempat merawat orang
cacat, miskin dan yatim piatu.
Seperti
halnya di Eropa, pada pertengahan abad VI Masehi, keperawatan juga berkembang
di benua Asia. Tepatnya pada Asia Barat
Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan Agama Islam. Pengaruh agama
Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Memasuki abad VII Masehi, agama Islam
tersebar ke berbagai pelosok Negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia
Barat dan Eropa ( Spanyol dan Turki). Pada masa ini di Jajirah Arab berkembang
pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan.
Hal ini menyebabkan keperawatan juga mengalami kemajuan. Prinsip-prinsip
dasar perawatan kesehatan seperti
pentingnya menjaga kebersihan diri (personal higiene), kebersihan makanan, air
dan lingkungan berkembang pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia
Arab pada masa ini adalah Rafidah.
Pada
permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari
orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi pada kekuasaan yaitu perang,
eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibatnya banyak gereja
dan tempat ibadah yang ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde
keagamaan untuk merawat orang sakit, kondisi ini berpengaruh terhadap
perkembangan keperawatan.
Di
satu sisi, kenyataan ini berdampak negative. Penutupan gereja dan tempat ibadah
menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya dilakukan oleh
orde-orde agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita
tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima
bekerja sebagai perawat dan masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak
akan bekerja diluar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah
dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor C. dkk, 1989).
Disisi
lain adanya perang seperti Perang Salib berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan. Untuk menolong korban peang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang
diperkejakan sebagai perawat. Mereka terdiri atas orde-orde agama,
wanita-wanita yang mengikuti suami ke medan perang turut merawat orang sakit
jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulai dikenal konsep P3K (
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ) keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam
ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang social.
Peran
rumah sakit, terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya
ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan keperawatan pada
masa ini (zaman pertengahan). Pertama, Hotel Dieu di Lion. Meskipun pada
awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan wanita tuna susila ( wts )
yang telah bertobat, rumah sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan.
Hal ini disebabkan karena tak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh
perawat yang terdidik melalui pendidikan keperawatan pada rumah sakit itu juga.
Menurut beberapa literature, peraturan-peraturan pada pendidikan keperawatan di
rumah sakit ini hampir sama dengan peraturan pendidikan perawat sekarang.
Kedua, Hotel Dieu di Paris. Di Rumah sakit ini pekerjaan perawat dilakukan oleh
orde agama. Sesudah revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan
diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat pada agama. Pelopor perawat
yang terkenal di Rumah Sakit ini adalah Genevieve Bouquet. Ketiga, St. Thomas
Hospital. Didirikan pada tahun 1123 M. dirumah sakit inilah Florence Nightingale
memulai karirnya memperbaharui keperawatan.
Pada
pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi social masyarakat
merubah peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai
banyak dipercaya orang dan contohnya adalah Florence nightingale. Florence
Nightingale lahir pad atahun 1820 dari keluarga yang kaya dan terhormat. Ia
tumbuh dan berkembang di Inggrisdab dengan
pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia
diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun.
Pecahnya
Perang Krim ( Crimean war ), dan penunjukan dirinya oelh Inggris untuk menata
asuhan keperawatan pada sebuah Rumah Sakit Militer di Turki memberi peluang
baginya untuk meraih prestasi (Kalish and Kalish, 1986, dikutip dari Taylor C,
1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasila mengatasi kesulitan atau masalah
yang dihadapi dan berhasil menapis anggapa negative terhadap wanita dan
meningkatkan status perawat.
Perkembangan
Keperawatan di Inggris
Seusai
Perang Krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris, sejarah perkembangan
keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggeris membuka jalan
bagi negeri-negeri lain. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar
dalam perawatan dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan, misalnya
pendidikan perawat di London Hospital meskipun kurikulumnya belum teratur. Pada
tahun 1820 perkembangan keperawatan mengalami kemajuan paling pesat berkat
Florence mendirikan sekolah perawat modern. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi
pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
Konstribusi
Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa
nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa
akupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit,
mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya,
menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi
bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua
komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan
berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan
pendidikan berlanjut bagi perawat ( Dalon, 1978, dikutip dari Taylor C, 1989 ).
Perkembangan
Keperawatan di Indonesia
Tidak
banyak literature yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia.
Seperti hal perkembangan keperawatan didunia pada umumnya, perkembangan di
Indonesia juga dipengaruhi kondisi social dan ekonomi yaitu penjajahan
pemerintah colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan
Indonesia setelah Indoensia merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia,
pada hakekatnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah
kemerdekaan yang dibagi atas orde lama dan era orde baru.
Pada
masa pemerintahan colonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut Velpleger dengan dibantu zieken appaser sebagai penjaga orang sakit.
Mereka bekerja pada Rumah sakit “Binnen Hospital” di Jakarta yang didirikan tahun 1979 untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah colonial
Belanda di bidang kesehatan pada masa ini antara lain : membentuk Dinas
Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherhs Dienst
dan Dinas Kesehatan rakyat atau burgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian rumah
sakit – rumah sakit ini termasuk usaha Daebdeks mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Semarang dan Surabaya, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi
keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara
Belanda.
Berbeda
dengan ketika VOC berkuasa, Gurbernur Jendral Inggris : Raffles ( 1811-1816)
sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya “kesehatan
adalah miliki manusia” ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi. Antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan
perawatan para tahanan.
Setelah
pemerintah colonial kembali ke tangan Belanda tahun, usaha-usaha peningkatan
kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta, tahun 1819 didirikan
beberapa rumah sakit. Salah satu diantaranya adalah rumah sakit Stadsverband
berlokasi di Glodok-jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakit ini
dipindahkan di Salemba dan sekarang
bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ( RSCM) saat ini RSCM menjadi rumah
sakit pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini
(1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik
dan Zending protestan. Misalnya ; RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI)
Cikini-Jakarta Pusat RS St. Corolus Salemba -
Jakarta Pusat RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabet di Semarang. Bersamaan
dengan berdirinya rumah sakit di atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini
tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudian RSCM,
menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan
Tentara Sekutu dan kedatangan Jepang ( 1942 – 1945) menyebabkan perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran. Bila renaissance berkibat buruk pada perkembangan
keperawatan di Inggris sehingga disebut zaman kegelapan dunia keperawatan di
Inggris. Maka penjajahan Jepang merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di
Indonesia, pekerjaan perawat yang pada masa Belanda dan Inggris sudah
dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas perawat
dilakukan oleh mereka yang tidak dididik dan menjadi perawat. Demikian pula
pimpinan rumah sakit yang sebelumnya orang-orang Belanda kemudian diambil alih
oleh orang-orang Jepang. Obat-obatan sangat kurang sehingga wabah penyakit
timbul dimana-mana. Demikian pula bahan-bahan balutan sangat kurang sehingga
daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.
Pembangunan
dibidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai
dibangun. Pada tahun 1952, Sekolah Perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru
Perawatan dan Sekolah Perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan
professional mulai didirikan pada tahun 1962 dengan didirikannya Akademi
Keperawatan milik Departemen kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profsional pemula. Hamper bersamaan dengan ini didirikan pula Akper milik
Depkes di Ujung pandang. Bandung dan Palembang. Jumlah Akper terus bertambah
dan saat ini ( Desember 1996), telah berjumlah 227 buah
Pendirian
Fakultas Ilmu Keperawatan
Pendirian
Program Studi Ilmu Keperawatan ( PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum
kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu
Keperawatan, Institusi ini dipelopori oleh Tokoh keperawatan Indonesia antara
lain, Achir Yani S, Hamid MN,DN.Sc, mendiang Dra. Christin S Ibrahim MN, Phd,
Tien Gartinah MN, dan Dewi Irawaty MA. dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu
Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
professional. “Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat
bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan instruksi dokter. Tegas
Prof.Dr.Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tempat
disenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK
angkatan pertama 1988. Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu
Keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
professional, memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana,
pengelola, peneliti dibidang keperawatan serta menghasilkan tenaga keperawatan
professional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama
iptek dibidang kedokteran.
Saat
ini melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I tahun 1996,
PSIK FKUI telah berulah status Fakultas mandiri menjadi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia ( FIK-UI) melengkapi Fakultas Ilmu
Keperawatan – UI pada Universitas Pajajaran Bandung sejak beberapa tahun lalu
didirikan pula Program Studi Ilmu Keperawatan.
Perkembangan
Organisasi Profesi Keperawatan
Ketika
ada pertanyaan, “apakah keperawatan merupakan satu profesi?” maka salah satu
pertimbangan kita untuk menjawab pertanyaan ini adalah meneliti ada atau tidaknya organisasi profesi. Sebagai suatu
profesi, keperawatan memiliki organisasi profesi yang sangat bermanfaat dalam
menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan keperawatan, membuat
legislasi dan membahas berbagai fenomena yang terjadi atau berhubungan dengan
profesi keperawatan.
Organisasi
profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkaan diri
sebagai ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan fungsi social yang
tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, serta merupakan asosiasi yang bersifat
sukarela. Organisasi profesi bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan
yang kokoh diantara anggoatanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan anggotanya
disertai peningkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang
baik dengan organisasi profesi lain (International Council of Nurses dikutip
dari Report on the Regulation of Nursing, 1985). Dibawah ini diuraikan profil
beberapa organisasi keperawatan.
International
Council of Nurses ( ICN)
International
Council of Nurses merupakan organisasi professional wanita pertama di dunia
organisasi ini didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 dimotori oleh Mrs.Bedford
Fenwick, ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia.
Tujuan pendirian ICN adalah mempekokoh silaturahmi para perawat dari seluruh
dunia, memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk membicarakan
berbagai masalah tentang keperawatan, menjungjung tinggi peraturan dalam ICN
agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan
berdasarkan dan kode etik profesi keperawatan.
Kode
etik keperawatan menurut ICN ( 1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat
universal. Keperawatan menjungjung tinggi kehidupan, martabat dan hak asasi
manusia, kperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit,
usia, jenis kelamin, aliran politik, agama dan status social ( taylor C.,dkk, 1989).
ICN mengadakan kongres setiap empat tahun sekali. Kongres pertama diadakan di
London 1900. dan kongres terakhir pada akhir tahun 1996 diadakan di Bandar Sri
Begawan, Brunai Darussalam.
Organisasi
Profesi Keperawatan di Amerika Utara
Ada
tiga organisasi profesi keperawatan yang besar di Amerika Utara yaitu American
Nurses Association ( ANA), Canadian Nurses Association ( CAN) dan National
League Nursing ( NLN).
American
Nurses Association adalah organisasi profesi perawat ( Registered nurses) di Amerika
serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari
organisasi perawat dari Negara-negara
bagian, ANA berperan dalam menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan
penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, serta menampilkan
mutu pendidikan keperawatan, pemberian izin bagi praktek keperawatan mandiri.
National
League for Nursing ( NLN) adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang
yang berkaitan dengan keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten
perawat ( pekarya) dan agencies. Didirikan pada tahun 1952, bertujuan untuk
membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
British
Nurses Association ( BNA)
British
Nurses Association adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada
tahun 1887 oleh Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan
kesatuan seluruh perawat di Inggris dan
berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
Persatuan
Perawat Nasional Indonesia ( PNNI)
Persatuan
Perawat Nasional Indonesia adalah perhimpunan seluruh perawat di Indonesia,
didirikan pada tanggal 17 Maret 1974, sebagai fusi dari beberapa organisasi
keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk
dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera
(PKVB) tahun 1921. pada saat itu profesi perawat sangat dihormati masyarakat
berkenan dengan tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya
Sumpah Pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum
Verpleger Indonesia (PKVI). Oergantian kata Boemibatera pada PKVB menjadi
Indonesia pada PKVI ini, tidak lepas dari semangat nasionalisme Indonesia PKVI
bertahan sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas Sekutu.
Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemunduran dan disebut zaman gelap keperawatan di Indonesia. Pelayanan
keperawatan mengalami kemunduran karena pekerjaan perawat digantikan oleh
mereka yang tidak memahami keperawatan. Demikian pula organisasi profesi tidak
jelas keberadaannya.
Bersamaan
dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi
keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi yang ada antara tahun
1945-1954 yaitu Persatuan Djuru kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru
Rawat Islam (Perjurais) dan serikat
Buruh Kesehatan ( SBK). Pada tahun1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi
keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru
Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya konsolidasi organsasi profesi tanpa
mengikutsertakan SBK karena terlibat pada Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Dalam
kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dna merubah nama PDKI menjadi
persatuan Pegawai Dalam kesehatan (PDKI) dengan keanggotaannya tidak saja
meliputi perawat. Demikian pula tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia ( IPWI),
Ikatan Guru Perawat Indonesia ( IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun
1969. dan akhirnya pada tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan
terkecuali Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi
tingkat nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ).
Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan di
Indonesia hingga saat ini.
Sebagai
organisasi profesi PPNI mempunyai peranan penting dalam melakukan pembinaan
anggotanya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Serta
mengelola pelayanan keperawatan.Pembinaan perawat sebagai anggota PPNI dapat
dilakukan melalui penentuan kualifikasi anggoat, penetapan legislasi, penetapan
kode etik, pengembangan karir dan peningkatan kesejahteraan perawat. Peran PPNI
dalam mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan dilakukan dengan
merencanakan menciptakan iklim yang mendukung bagi penelitian keperawatan,
mengidentifikasi masalah yang perlu diteliti dibidang pendidikan, pelayanan dan
manajemen keperawatan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan bekerja sama
dengan institusi pelayanan dan pendidikan keperawatan untuk melaksanakan
penelitian dan pengembangan keperawatan termasuk mempersipkan sumber daya
peneliti dibidang keperawatan. Sedangkan peran PPNI dalam mengelola pelayanan
keperawatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan dapat dilakukan dengan
cara merumuskan, registrasi dan lisensi keperawatan.
No comments:
Post a Comment