KONSEP DASAR KEPERAWATAN
TEORI
DAN MODEL KEPERAWATAN CALLISTA ROY
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu profesi
yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang kurang eksis, kurang
profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu
keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar
dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi
lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak
menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja
keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu,
keluarga maupun masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan
eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. model keperawatan
Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti
mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus
internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari
berbagai tingkatan usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di
Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang
mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai.
Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian
tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.
Oleh karena itu, kelompok memandang
perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model
keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Roy diilapangan atau rumah sakit,
sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam
pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan.
1.
Teori Adaptasi Callista Roy
Model
Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy sebagai penerima
asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok,
masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system” dalam segala aspek
yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.
Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,
merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang
dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :
a. Stimulus fokal
yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,
misalnya infeksi.
b. Stimulus
kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan
secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi
sosial.
c. Stimulus
residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada
tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi
ada yang tidak.
Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy
adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi
atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a.
Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai
komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus berupa internal
atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang
diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses
fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b.
Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator
dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat
menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih
atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan
dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
Dalam memelihara integritas
seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan sering bekerja sama.
Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan
mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk
subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat
terbuka untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator
sebagai pengembangan dari konsep adaptasi Roy.
c.
Selanjutnya Roy mengembangkan
proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem
efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi.
Mode Fungsi
Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan
dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:
a. Oksigenasi :
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas
dan transpor gas.
b. Nutrisi : Mulai
dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
c. Eliminasi :
Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
d. Aktivitas dan
istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh.
e. Proteksi/perlindungan
: Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen (
kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu.
Mode Konsep Diri
Mode konsep
diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial
dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan
the personal self.
a.
The physical self, yaitu
bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan
gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b.
The personal self, yaitu
berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.
Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi
sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam
peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode
yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.Interdependensi
yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan
antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat
di amati, diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang
tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang
yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan
tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
2.
Paradigma Keperawatan
Empat Elemen utama dari teori Roy
adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan 2) Konsep lingkungan 3)
Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
a.
Manusia
Manusia merupakan fokus utama
yang perlu diperhatikan karena manusialah yang menjadi penerima asuhan
keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang
dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “
ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
b.
Lingkungan
Stimulus yang berasal dari
individu dan sekitar individu merupakan elemen dari lingkungan, menurut Roy.
Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “Semua kondisi, keadaan dan
pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku individu dan kelompok”. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan
dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan
resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
c.
Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah
“A State and a process of being and becoming an integrated and whole person”.
Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan
diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model
Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan
respon adaptifnya.
Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan
keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan
menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain
meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan
untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan
tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual
yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.
PENUTUP
Roy
menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi :
Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi
tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap
stimulus focal, konteksual dan residual.
Daftar Pustaka
Basford, Lynn,
2006, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta.