Thursday, February 27, 2014

TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN CALLISTA ROY

KONSEP DASAR KEPERAWATAN
TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN CALLISTA ROY
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Roy diilapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan/ asuhan keperawatan.
1.      Teori Adaptasi Callista Roy
Model Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy sebagai penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik.
Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :
a.       Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi.
b.      Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c.       Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a.       Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b.      Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi Roy.
c.       Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu:
a.       Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
b.      Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri.
c.       Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
d.      Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
e.       Proteksi/perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
a.      The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b.      The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.

2.       Paradigma Keperawatan
Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
a.       Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
b.      Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok”. Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
c.       Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

PENUTUP
Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

Daftar Pustaka

Basford, Lynn, 2006, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta.

Model konseptual :BETTY NEUMAN’S

KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Model konseptual keperawatan
BETTY NEUMAN’S

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Betty Neuman lahir pada tahun 1924 di sebuah pemukiman pertanian yang letaknya tidak jauh dari Lowell, Ohio. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya ia bermasksud untuk membangun desanya Ohio. Pendidikan keperawatan pertamanya di selesaikan di Rumah Sakit Masyarakat ( sekarang disebut Rumah Sakit Umum), Sekolah Keperawatan di Akron, Ohio, tahun 1974 dan ia menerima gelar BS dalam bidang keperawatan tahun 1957 dan gelar MS dalam bidang kesehatan mental, konsultasi kesehatan masyarakat, dari UCLA tahun 1966. Ia meraih gelar PhD bidang psikologi klinik.
Pendekatan teoritis Betty Neuman tentang keperawatan dicontohkan dalam sebuah pendekatan holistic terhadap kehidupan dirinya sendiri. Ia memiliki semangat besar untuk hidup dan memiliki rasa yang tajam terhadap penggunaan waktu yang efektif, kreatif dan bermanfaat. Betty Neuman mulai mengembangkan model sistem kesehatannya ketika menjadi seorang dosen dalam bidang keperawatan kesehatan masyarakat di Universitas California, Los Angeles. Munculnya model tersebut dikembangkan sebagai tanggapan atas pernyataan mahasiswa keperawatan tentang suatu kebutuhan dalam rangka mengahadapi materi pelajaran yang akan membawa mereka ke arah pengungkapan problem-problem keperawatan yang luas terutama terfokus pada bidang-bidang permasalahan keperawatan tertentu. Model ini dipublikasikan pada tahun 1972 sebagai sebuah model untuk pengajaran pendekatan personal secara total guna menghadapi problem-problem pasien didalam penelitian keperawatan. Model tersebut disempurnakan dan kemudian dipublikasikan pada edisi pertama buku berjudul Model-model Konseptual Untuk Praktek Keperawatan tahun 1974, dan edisi kedua tahun 1980. Pada tahun 1989 dipublikasikan yang berjudul Model Sistem Neuman yang di dalamnya terdapat tentang praktek keperawatan dan administrasi keperawatan.
Betty Neuman menegaskan bahwa dia tidak bermaksud menciptakan sebuah model konseptual khusus untuk masyarakat keperawatan, namun penting untuk dicatat bahwa hasil kerja beberapa ahli teori keperawatan lainnya ( Martha Roger, Dorothea Orem, dan Imogene King) telah dipublikasikan pula bersamaan dengan publikasi Neuman yang pertama. Hal tersebut terjadi pada awal tahun 1970-an dimana Perhimpunan Nasional Keperawatan ( Nasional League For Nursing / NLN ) menekankan pentingnya model konseptual untuk pendidikan keperawatan dan kerangka kerja konseptual tersebut menjadi sebuah dasar utama kriteria yang digunakanNLN untuk akreditasi. Neuman menjabarkan modelnya secara komperehensif ( menyeluruh ) dan dinamis. Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap individu, kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan ketegangan-ketegangan lingkungan. Pada prinsipnya, model tersebut memfokuskan pada reaksi klien terhadap ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung rekonstitusi ( mengembalikan keadaan jasmani ) dan adaptasi. Model yang sesuai adalah model yang berlaku untuk semua profesi yang ada hubungannya dengan perawatan kesehatan.
A.       Sumber-sumber dan Perkembangan Model Teori Betty Neuman
Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh mempertahankan keseimbangandan sebagai akibat dari kesehatan mengubah kondisi sehat atau sakit. Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari teori sistem umum tentang sifat dasar kehidupan sistem terbuka yang merupakan gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam struktur organisasi tubuh kita yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G. Kaplan tentang tingkatan tindakan pemecahan. Model sistem lebih bersifat umum dibandingkan dengan tindakan-tindakan keperawatan. Sebaliknya, tindakan-tindakan keperawatan memiliki tujuan-tujuan sangat spesifik atau khusus untuk mengembalikan variabel-variabel yang mempengaruhi tindakan-tindakan keperawatan. Hal ini bertujuan untuk melakukan perbaikan secara umum kepada klien, kinerja atau pola perubahan prilaku, atau perbaikan tertentu yang berhubungan dengan keahlian merawat diri sendiri.
Awalnya model ini dikembangkan untuk digunakan oleh semua pekerja keperawatan kesehatan, namun kemudian Neuman menyatakan bahwa perawat secara unik menggunakannya untuk membantu individu dan kelompok lainnya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal melalui intervensi-intervensi yang bermanfaat. Yang dimaksud dengan intervensi adalah bantuan dalam mengurangi faktor-faktor stres dan kondisi merugikan baik potensial maupun aktual yang terjadi dalam segala situasi klinis.
1.      Asumsi-asumsi Dasar :
Terdapat sepuluh asumsi dasar yang menjadi landasan kerangka kerja konseptual teori Neuman,  yaitu :
a.         klien secara individu atau kelompok merupakan sebuah system, klien yang bersifat unik, namun masing-masing system merupakan dari faktor-faktor yang sering kita jumpai dan kita gabungkan tentang karakteristik-karakteristi pembawaan kita pada sejak lahir dalam kisaran respon normal yang diberikan tuhan yang terdapat dalam sebuah struktur dasar.
b.        Banyak terdapat stressor (penyebab ketegangan), baik yang diketahuai maupun yang tidak diketahui dan berasal dari lingkungan universal. Masing-masing stressor berbeda dalam hal potensialnya yang mengganggu tingakat kesetabilan yang sedang dialami klien, atau mengganggu batas ketahanan normal. Hubungan antar variabel klien yakni variable fisiologis, psikologi, social budaya, perkembangan dan spritual, pada kondisi apapun setiap saat dapat mempengaruhi tingakat dimana seorang klien terlindungi oleh batas ketahanan fleksibel dalam mnehahadapi reaksi yang mungkin terjadi terhadap suatu stressor tunggal atau kombinasi dari berbagi stressor.
c.         Tiap klien telah mengembangkan kisaran respon normal terhadap lingkungan. Kisaran respon ini sebagai bentuk garis pertahanan normal.
d.        Garis fleksibel pertahanan tidak mampu lagi berfungsi sebagai perlindungan klien terhadap stresor lingkungan apabila terdapat sesuatu yang mempengaruhinya
Karena stresor merusak garis pertahanan normal. Variabel antar hubungan (psikologi, fifiologi, sosial budaya, perkembangan, dan spiritual) menentukan tingkat sistem reaksi atau reaksi terhadap stressor yang mungkin timbul.
  1. Klien, baik sehat maupun sakit, merupakan bagian yang dinamis dalam variabel antara hubungan (interrelationship of variables)
  2. Pelengkap (implisitas) dalam tiap sistem klien adalah sekumpulan faktor perlawanan internal dikenal sebagai garis perlawanan (lines of resistence) yang fungsinya menstabilkan dan mengembalikan keadaan klien embali seperti semula (pada posisi garis pertahanan normal) maupun membantu klien ke tingkat stabilitas yang lebih tinggi.
  3. Pencegahan primer menghubungkan pengetahuan umum yang diaplikasikan dalam penilaian (assesment) klien dan intervensi dalam pengidentifikasi dan pengurangan faktor-faktor. Indentifikasi dan pengurangan faktor resiko tersebut berhubungan dengan stresor lingkungann dalam mencegah reaksi yang mungkin terjadi.
  4. Pencegahan sekundur berhubungan dengan simptomatologi yang mengikuti reaksi terhadap stresor, pengurutan prioritas intervensi, dan perlakuan untuk mengurangi pengaruh yang berbahaya.
  5. Pencegahan tersier dengan proses penyesuaian sebagai upaya penyusunan kembali dan pertahanan yang mengembalikan pasien kedalam lingkungan melalui pencegahan primer.
  6. Klien berada di dalam energi konstan yang dinamis dan dapat mengubah lingkungan.
  7. Prinsip Dasar teori
o    Tekanan ( stressor )
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar.  Pandangan Neuman tentang tekanan yaitu :
o    Intra Personal
Secara individu atau perorangan. Tekanan dari dalam individu, misalnya emosi yang dipengaruhi oleh umur ( perkembangan ) sebagai tekanan internal, penerimaan teman sebaya ( sosial budaya ) , kemampuan fisik ( biologi ) dan pengalaman mengatasi emosi dan perasaan di masa lalu (psikologi)
o    Inter Personal
Antara individu yang satu dengan yang lain. Tekanan satu orang atau lebih, misalnya peran orangtua terhadap anak yang diharapkan, tekanan antar individu yang dipengaruhi oleh pola pengasuhan anak ( sosial budaya ), umur dan perkembangan anak ( biologi, perkembangan), dan perasaan mereka terhadap peran yang dijalani (psikologi).
o    Ekstra Personal
Di luar individu. Tekanan dari luar sistem, misalnya pengangguran (tekanan luar) dipengaruhi oleh adanya penerimaan teman sebaya ( tekanan sosial budaya ) , perasaan seseorang terhadap keadaan pengangguran pada saat sekarang dan di masa lalu ( psikologi) , kemampuan melakukan pekerjaan ( biologi, perkembangan, psikologi).
2.       Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas. Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem.
Faktor umum yang mendasar bagi semua organisme :
a.         Rata-rata suhu normal
b.        Struktur genetika
c.         Pola respon
d.        Daya tahan organ
e.         Kelemahan
f.         Struktur ego
g.        Pengetahuan
3.      Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas normal. Garis pertahanan menurut Neuman’s terdiri dari garis pertahanan normal, garis resistensi dan garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis pertahanan normal jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi. maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.
4.      Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
5.      Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan. Reaksi mengantungkan faktor individu yang tak tetap yaitu :
a.         Struktuk dasar / struktur ke istimewaan
b.        Resistensi kebiasaan dan pengatahuan
c.         Waktu bertemu dengan stressor
6.      Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul. Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier
7.      Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
a.       Pencegahan primer yaitu terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup
b.      Pencegahan sekunder yaitu berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
c.       Pencegahan tersier yaitu  pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi.
8.      Penyusunan Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra personal dan ekstra personal. Dapat dimulai dari beberapa derajat dari tingkat reaksi. Kemungkinan rata-rata memungkinkan peluasan diluar garis pertahanan nornal.
Faktor yang perlu di perhatikan adalah :
a.         Fisiologi individu.
b.        Psikologi individu
c.         Sosial cultural
d.        Perkembangan individu
D.      Paradigma Terhadap Empat Konsep Sentral
1.         Individu/Manusia
Pada teori Neuman, individu merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2.         Masyarakat/Lingkungan
Model teori neuman ini adalah konsep dimana manusia berhubungan konstan (tetap) terhadap lingkungannya.  Dapat di defenisikan lingkungan sebagai tekanan internal dan eksternal bagi manusia. Neuman menyatakan bahwa pembentukan lingkungan adalah dinamis dan mewakili mobilitas bahwa sadar klien ( termasuk di dalamnya faktor energi, melalui integrasi dan stabilitas system).
3.         Kesehatan
Neuman melihat kesehatan sebagai rangkaian kesatuan bukan sebagai dikotomi (pembagian atas dua kelompok yg saling bertentangan) antara penyakit dan kesehatan.konsep dalam tulisannya mendefenisikan system terminology sebagai berikut :
kesehatan  : keadaan penjenuhan, keadaan lembam/ tetap walaupun terdapat sesuatu yang mengganggu.
Penyakit   : keadaan tidak mencukupi sehingga labil terhadap adanya sesuatu yang mengganggu.
4.         Keperawatan
Neuman memandang keperawatan sebagai profesi unik karena berhubungan dengan variabel (sesuatu tang dapat berubah) yang mempengaruhi respon manusia terhadap stressor, dengan perhatian utama pada manusia secara keseluruhan. Neuman menyatakan bahwa perawat membantu individu, keluarga, dan kelompok dalam memperoleh dan menjaga kesehatan melalui campur tangan dan perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, Negara, dll).
E.       Pendekatan Proses Keperawatan
Neuman memandang perawat sebagai profesi yang unik yang berhubungan dengan semua variabel yang mempengaruhi sistem respon terhadap stresor. Yang menjadi pusat keperawatan adalah individu atau klien secara total dengan tujuan utama yaitu stabilitas klien. Pandangan ini direfleksikan dengan membuat proses keperawatan menjadi sitematik. Prinsip-prinsip yang mendasarinya yaitu :
1.         Assesment yang baik yang memerlukan pengetahuan tentang semua faktor yang mempengaruhi tanggapan klien
2.         Arti stresor yang diakui oleh klien dan pengasuh
3.         Faktor yang dirasakan pengasuh dan mempengaruhi perkiraan (assesment) situasi pasien.
Proses Keperawatan menurut Betty Neuman
1.      Diagnosa Keperawatan
Proses  :
a.         Berdasarkan penguasaan data yang sesuai, diagnosa berfungsi mengidentifikasi, menaksir, mengklasifikasi, dan mengevaluasi hubungan dinamis antara variabel bio-psiko-sosial budaya-perkembangan-spiritual.
b.        Kesehatan bervariasi sebagai akibat perpaduan teori dan data.
c.         Intervensi yang bersifat hipotesa ditentukan oleh garis pertahanan fleksibel.
2.      Tujuan keperawatan
Proses :
a.         Sistem perawat dan klien berunding untuk perubahan ketentuan.
b.        Intervensi perawat berfungsi menjaga stabilitas klien.
3.      Hasil keperawatan
Proses :
a.         Intervensi keperawatan menggunakan satu model pencegahan atau lebih.
b.        Konfirmasi perubahan ketentuan maupun membuat ulang tujuan keperawatan.
c.         Hasil dari tujuan jangka pendek mempengaruhi penentuan tujuan menengah-jangka panjang.
d.        Hasil yang diperoleh klien mengesahkan proses keperawatan
Petunjuk Alat Intervensi dan Assesment

PENUTUP

Secara garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress (gangguan mental) perawatan harus melaksanakan pendekatan- pendekatan perorangan secara total dengan memperhatikan
faktor-faktor :
1. Tekanan
2. Struktur pokok sumber energi
3. Garis normal pertahanan
4. Gangguan ketahanan
5. Tingkat reaksi
6. Intervensi
7.Tingkat-tingkat pencegahan
8. Penyusunan kembali
Model konsep berpengaruh terhadap pengembangan keperawatan sebagai profesi. Pendekatan total Neuman pada perawatan kesehatan merupakan salah satu model konsep tersebut. Model tersebut dapat digunakan dalam menerangkan manusia, kelompok, maupun masyarakat. Penekanan manusia secara total menyebabkan model keperawatan dapat ditetapkan sebagai model kesehatan. Neuman menyebutkan perawat sebagai profesi yang unik tetapi ia tidak menjelaskan secara jelas, model ini bersifat interdisiplin ( dari berbagai disiplin ilmu ) sehingga dapat diterapkan secara luas dalam keperawatan. Kekuatan terbesar model ini pada arahan yang tepat pada pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Selain itu, model ini juga mempunyai kekuatan yaitu keluwesannya sebagai model sistem yang merespon rangsang ( stimulus ) sehingga dapat diterapkan dalam berbagai kondisi dan untuk masa sekarang. Model memiliki potensial yang besar dalam meletakkan pondasi dalam pembentukan teori, pengujian hubungan antar teori keperawatan , riset keperawatan dan praktek keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA


George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed.
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol.1,2. Ed.4.EGC : Jakar