DEKUBITUS
PENDAHULUAN
Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap
harinya karena gesekan kulit pada baju dan aktivitas higiene yang dilakukan
setiap hari seperti mandi.
Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur,
tetapi hal ini merupakan masalah yang
khusus pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas.
Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring
ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat
berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun
hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan
alas tempat tidur.
Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan
dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran
darah setempat, dan juga keadaan umum dari penderita.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai
jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat
adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus,
bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan
perhatian khsus.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat
diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan,
misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior
anterior, daerah tumit dan siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia.
Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan
terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi
dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara
lain:
·
Berkurangnya
jaringan lemak subkutan
·
Berkurangnya
jaringan kolagen dan elastin
·
Menurunnya
efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan
rapuh.
TIPE ULKUS DEKUBITUS
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus
dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga;
1. Tipe normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih
kurang 2,5oC dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam
perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat
akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya
baik.
2. Tipe arterioskelerosis
Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC
antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan
aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut
perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan. Dengan perawatan,
ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia
dan tidak akan sembuh.
PATOFISIOLOGI TERJADINYA DEKUBITUS
Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16
mmHg-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila
tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh
bila seorang penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan
berbaring diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg
dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila
berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan
bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2
jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami
dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik
tambahan yang dapat memudahkan terjadinya dekubitus;
·
Faktor
teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi
dengan setengah berbaring
·
Faktor
terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat
tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.
Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara
tubuh dengan alas tempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia
jaringan setempat.
Keadaan ini terjadi bila penderita immobil, tidak
dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada
kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah.
Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya bantal
kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah
pergerakan dari kulit, yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang
tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan
pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu,
dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu
teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces.
Sebagai tambahan dari shering forces ini,
pergerakan dari tubuh diatas alas tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit
pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin
folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan kulit yang kendur.
Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik/mengacaukan (distorsi) dan
menutup pembuluh-pembuluh darah.
Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari
faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan terjadinya kerusakan edotil,
penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat menyebabkan nekrosis jarigan
akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan endotil juga
menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma.
Faktor tubuh sendiri (faktor intrinsik) juga
berperan untuk terjadinya dekubitus antara lain;
FAKTOR INTRINSIK
·
Selama
penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan tipis (tortora
& anagnostakos, 1990)
·
Kandungan
kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang
sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
·
Kemampuan
sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem
arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit
secara progresif.
·
Sejumlah
penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi
kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem
pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun.
·
Status
gizi, underweight atau kebalikannya overweight
·
Anemia
·
Hipoalbuminemia
yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek penyembuhan dekubitus,
sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan kadar albumin darah menurun
·
Penyakit-penyakit
neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah dan
meperjelek dekubitus
·
Keadaan
hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
FAKTOR EKSTRINSIK
·
Kebersihan
tempat tidur,
·
alat-alat
tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita
terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.
·
Duduk
yang buruk
·
Posisi
yang tidak tepat
·
Perubahan
posisi yang kurang
PENAMPILAN KLINIS DARI DEKUBITUS
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus
dapat dibagi sebagai berikut;
Derajat I
|
Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,
tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
|
Derajat II
|
|
Derajat III
|
Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan
lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah
mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
|
Derajat IV
|
Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak
tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau
sendi.
|
Mengingat patofisiologi terjadinya dekubitus
adalah penekanan pada daerah-daerah tonjolan tulang, harusla diingat bahwa
kerusakan jaringan dibawah tempat yang mengalami dekubitus adalah lelih luas
dari ulkusnya.
PENGELOLAAN DEKUBITUS
Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan
untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan mengenal penderita risiko tinggi
terjadinya dekubitus, misalnya pada penderita yang immobil dan konfusio.
Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus ini
antara lain dengan memakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan
adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat
dilihat perkembangan penderita
Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan
penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan
dengan baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada
tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan
sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati
agari tidak menyebabkan lecet pada kulit
penderita.
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk
pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:
1. Meningkatkan status kesehatan penderita;
umum; memperbaiki dan menjaga keadaan umum
penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutirisi dan
hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.
khusus; coba mengatasi/mengoabati
penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM.
2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang
mengganggu aliran darah;
a.
Alih
posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan
pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang
sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.
b. Kasur khusus untuk lebih memambagi rata
tekan yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan
udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur.
(keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus
baik dan dapat ruasak)
c.
Regangan
kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu,
dapat dikurangi antara lain;
·
Menjaga
posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah
memungkinakan untuk duduk dikursi.
·
Bantuan
balok penyangga kedua kaki,
bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh penderita, “kue donat” untuk tumit,
·
Diluar
negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai
alas tubuh penderita.
Bagitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh
penderita, khsusnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua
usaha-usahan diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia
yang terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya penyembuhan akan
lebih rumit.
Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan
tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi:
1. Dekubitus derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis;
kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan
air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimassase 2-3 kali/hari.
2. Dekubitus derajat II
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal;
Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat
aseptik dan antiseptik.
Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus
dengan udara hangat bergantian untuk
meransang sirkulasi.
Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk
meransang tumbuhnya jaringan muda/granulasi,
Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu
sering karena malahan dapat merusakkan
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3. Dekubitus derajat III
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai
pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi;
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat
disusahakan dapat mengalir keluar.
Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya
transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan.
Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan
mempermudah regenarasi sel-sel kulit.
Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl
fisiologis.
Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.
4. Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang
dan sering pula diserta jaringan nekrotik;
Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan
jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan , sebaba akan menghalangi
pertumbuhgan jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha
ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga
merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih,
penyembuhan luka secara alami dapat
diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain
dengan memberikan oksigenisasi pada daerah luka,
Tindakan dengan ultrasono untuk membuka
sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.
Angka mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat
mencapai 40%.
No comments:
Post a Comment