Sejarah & Perkembangan Keperawatan
di Dunia
Perkembangan keperawatan,
termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat dipisahkan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi
sosial ekonomi masyarakat.
Seperti misalnya
Keperawatan yang kita kenal sekarang didefinisikan sebagai bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Sedangkan
sekitar 150 tahun yang lalu, Florence Nightingale, mendefinisikan Keperawatan
sebagai ‘the act of utilizing the environtment of the patient to assist
him in his recovery‘, yang maksudnya adalah bahwa seorang Perawat itu
bertindak dengan memberdayakan lingkungan disekitar pasien guna membantu pasien
mendapatkan penyembuhan.
Dari
2 definisi diatas menunjukan bahwa Keperawatan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dari waktu ke waktu.
I.
Sejarah
dan Perkembangan Keperawatan Internasional
Sejarah
keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai
pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal
dari Inggris.
Perkembangan
keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban
manusia. Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Perkembangan Keperawatan
Masa Sebelum Masehi/Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki
naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Pada awal
perkembangan keperawatan harapannya adalah perawat harus memiliki naluri
keibuan (Mother Instinc).
Dari masa Mother Instinc
kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang
adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan
ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang
disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon
besar dan gunung-gunung tinggi.
Pada masa ini keperawatan
belum begitu berkembang, masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan
merawat penyakit. Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan
mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit. Salah satu contoh di Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa
Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap
penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan mereka beranggapan bahwa
penyakit tersebut akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit
tersebut.
Kemudian
dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil
didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di
kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang
membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu
keperawatan.
2. Perkembangan Keperawatan
Masa Setelah Masehi /Zaman Keagamaan
Kemajuan
pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat
mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif
terhadap perkembangan keperawatan.
Perkembangan
keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah
tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai
tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya
membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Perkembangan Keperawatan
Masa Penyebaran Kristen.
Keperawatan
dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada
zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes
yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada
zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Perkembangan Keperawatan
Masa Penyebaran Islam.
Pada abad ini keperawatan berkembang
di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam.
Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari
keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah
Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan
obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan
kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan
lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5. Perkembangan Keperawatan
Masa Kekuasaan.
Pada
permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari
orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan, yaitu:
perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu
telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita
jalanan (WTS) yang telah bertobat bekerja sebagai perawat, sehingga derajat
seorang perawat turun sangat drastis dipandangan masyarakat saat itu.
Dampak
positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang
dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara
(pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib
terhadap keperawatan :
a.
Mulai
dikenal konsep P3K
b.
Perawat
mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
Ada
3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan
keperawatan :
a. Hotel Dieu di Lion
Awalnya
pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan
keperawatan di RS ini.
b. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan
perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor
perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
c. ST. Thomas Hospital (1123
M)
Pelopor
perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk
oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal
tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady
of the Lamp”.
6. Perkembangan keperawatan di
Inggris
Perkembangan
keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris melalui
Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan
keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.
Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan
terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya,
keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence mendapatkan
pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis,
Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti kursus pendidikan
perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan setelah
pendidikan ia kembali ke Inggris.
Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki
tahun 1854, Florence bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha
Florence dan teman-teman, telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan
keperawatan dengan indikator angka kematian turun sampai 2%.
Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan
keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran
perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,
mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan
keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan
penyakit. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda
dengan profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi
perawat.
II. Sejarah dan Perkembangan
Keperawatan Nasional
Sejarah
dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.
1. Sejarah Perkembangan
Keperawatan Sebelum Kemerdekaan
Pada
masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut “velpleger” dengan dibantu “zieken oppaser” sebagai penjaga orang
sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799.
Pada
masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816), telah memiliki
semboyan “Kesehatan adalah milik manusia” Pada saat itu Raffles telah melakukan
pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta
memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan.
Setelah
pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun 1819
didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband
yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut
dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dalam
kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja
Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat.
RS. St Bromeus di Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906
di RS. PGI dan tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat.
Namun kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran.
2. Sejarah Perkembangan
Keperawatan Setelah kemerdekaan
a. Periode 1945 -1962
Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun
masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan
yang masih menggunakan system pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan
pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum)
dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar
(SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah
pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat yang lebih
berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan
pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan
sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi
Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS.
Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No.
17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun
pola pengembangan pendidikan keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari
kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau dari masih
berorientasinya perawat pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya
konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum
jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih berorientasi pada keterampilan
prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan dari pelayanan medis.
b. Periode 1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan
dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah
organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di
Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam perkembangan keperawatan.
Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam
pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi
lainnya.
c. Periode 1984 Sampai Dengan
Sekarang
Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan
S1 keperawatan dengan nama Progran Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesi di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah
menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun 1992
dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga keperawatan
sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas
Padjajaran Bandung. Pada tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan
kualitas lulusan, pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan
digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai
dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000 sampai dengan sekarang.
III. Trend Keperawatan Sekarang
dan Masa Depan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang
termasuk bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan
perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan
kebutuhan kesehatan mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya
hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat
pelayanan keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan
keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan
iptek keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan
aspek kuratif kepada peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan
peran kuratif dan rehabilitative. Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari
profesi keperawatan, yaitu profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi
pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses
keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan dan juga
antisipasi organisasi profesi (PPNI).
1.
Pengembangan
dan Penataan Pendidikan Keperawatan
Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan yang profesional, telah memicu perawat untuk terus
mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang, terutama penataan sistem
pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan dengan landasan
yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan
kerangka konsep pendidikan
a. Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan
kurikulum D III keperawatan 1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas
lulusan keperawatan. Wujud ini dapat dilihat dengan adanya:
-
Mata
Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan Etika Umum)
-
Mata
Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia,
Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.
-
Mata
Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan, Komunikasi
Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak I dan II,
Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan
Komunitas I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan
Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan Profesional dan
Pengantar Riset Keperawatan.
Demikian juga halnya dengan tingkat
pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan berlakunya kurikulum Ners pada tahun
1998.
Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK-UI) telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi
Manajemen Keperawatan, Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan
selanjutnya akan dibuka Studi S2 Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah.
Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan
keperawatan diarahkan kepada profesionalisme dengan spesialisasi bidang
keperawatan.
b. Orientasi Pendidikan
Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan
tetap berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya
pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan lapangan tetap mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang
memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan dan persaingan global.
c. Kerangka Konsep
Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah
laku profesional, belajar aktif mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat
serta penguasaan iptek keperawatan merupakan karakteristik dari pendidikan
profesional keperawatan.
2.
Perkembangan
Pelayanan Keperawatan
Perubahan sifat pelayanan dari fokasional
menjadi profesional dengan fokus asuhan keperawatan dengan peran preventif dan
promotif tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitatif harus didukung dengan
peningkatan sumber daya manusia di bidang keperawatan. Sehingga pada
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat terjadinya pelayanan yang efisien,
efektif serta berkualitas.
Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang
berbagai model prakti keperawatan profesional, seperti:
a. Praktik keperawatan di
rumah sakit fasilitas kesehatan
b. Praktik keperawatan di
rumah (home care)
c. Praktik keperawatan
berkelompok (nursing home = klinik bersama, dan
Praktik
keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647 tahun 2000,
yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan.
No comments:
Post a Comment