Konsep historis keperawatan
Perkembangan Keperawatan di Dunia
Keperawatan
lahir bersamaan dengan penciptaan manusia yaitu Adam dan Hawa. Keberadaannya
tak pernah dipungkiri. Oleh karena itu perkembangan keparawatan termasuk yang
kita ketahui sekarang tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Kepercayaan
terhadap anemisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi social
ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissance serta gerakan
reformasi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia.
Pada zaman
purbakala (primitive Cultures) manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi
mempunyai suatu kekuatan spiritual/mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, kepercayaan ini disebut anemisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti
batu-batu yang besar, gunung-gunung tinggi, pohon-pohon besar, sungai-sungai
besar . Peran perawat tidak berkembang karena mereka lebih mempercayai dukun untuk
mengobati dan merawat penyakit yang dialaminya karena dukun dianggap lebih
mampu untuk mencari mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang
sakit.
Fenomena ini
terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina, pada masa ini, Bangsa Mesir
misalnya menyembah Dewa Isis, dewa yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit
demikian pula di Cina. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh
Syetan atau mahluk halus dan akan bertambah parah jika orang memegang orang
yang sakit. Akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang sakit.
Kemajuan
peradaban manusia dimulai ketika mengenal agama. Penyebaran agama sangat
mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap
perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai
berkembang. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring
dengan kepesatan perkembangan agama Kristen. Kemajuan ini terlihat jelas, pada
zaman Pemerintahan Constantyn Agug. Ia mendirikan xenodhoecin atau hospes dalam
bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan
terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.
Kemajuan profesi
keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit
terkenal di Roma yang bernama Manastic Hospital. Rumah sakit ini dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan untuk
merawat orang sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai tempat merawat orang
cacat, miskin dan yatim piatu.
Seperti halnya
di Eropa, pada pertengahan abad VI Masehi, keperawatan juga berkembang di benua Asia. Tepatnya pada Asia Barat Daya
yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan Agama Islam. Pengaruh agama
Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Memasuki abad VII Masehi, agama Islam
tersebar ke berbagai pelosok Negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia
Barat dan Eropa ( Spanyol dan Turki). Pada masa ini di Jajirah Arab berkembang
pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan.
Hal ini menyebabkan keperawatan juga mengalami kemajuan. Prinsip-prinsip
dasar perawatan kesehatan seperti
pentingnya menjaga kebersihan diri (personal higiene), kebersihan makanan, air
dan lingkungan berkembang pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia
Arab pada masa ini adalah Rafidah.
Pada permulaan
abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi
kepada agama berubah menjadi orientasi pada kekuasaan yaitu perang, eksplorasi
kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibatnya banyak gereja dan tempat
ibadah yang ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde keagamaan
untuk merawat orang sakit, kondisi ini berpengaruh terhadap perkembangan
keperawatan.
Di satu sisi,
kenyataan ini berdampak negative. Penutupan gereja dan tempat ibadah
menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya dilakukan oleh
orde-orde agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita
tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima
bekerja sebagai perawat dan masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak
akan bekerja diluar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji
rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor C. dkk,
1989).
Disisi lain
adanya perang seperti Perang Salib berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan. Untuk menolong korban peang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang
diperkejakan sebagai perawat. Mereka terdiri atas orde-orde agama,
wanita-wanita yang mengikuti suami ke medan perang turut merawat orang sakit
jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulai dikenal konsep P3K (
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ) keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam
ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang social.
Peran rumah
sakit, terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya ada
tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan keperawatan pada
masa ini (zaman pertengahan). Pertama, Hotel Dieu di Lion. Meskipun pada
awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan wanita tuna susila ( wts )
yang telah bertobat, rumah sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan.
Hal ini disebabkan karena tak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh
perawat yang terdidik melalui pendidikan keperawatan pada rumah sakit itu juga.
Menurut beberapa literature, peraturan-peraturan pada pendidikan keperawatan di
rumah sakit ini hampir sama dengan peraturan pendidikan perawat sekarang.
Kedua, Hotel Dieu di Paris. Di Rumah sakit ini pekerjaan perawat dilakukan oleh
orde agama. Sesudah revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan diganti
oleh orang-orang bebas yang tidak terikat pada agama. Pelopor perawat yang
terkenal di Rumah Sakit ini adalah Genevieve Bouquet. Ketiga, St. Thomas
Hospital. Didirikan pada tahun 1123 M. dirumah sakit inilah Florence
Nightingale memulai karirnya memperbaharui keperawatan.
Pada pertengahan
abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi social masyarakat merubah peran
perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai banyak
dipercaya orang dan contohnya adalah Florence nightingale. Florence Nightingale
lahir pad atahun 1820 dari keluarga yang kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan
berkembang di Inggrisdab dengan
pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia
diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun.
Pecahnya Perang
Krim ( Crimean war ), dan penunjukan dirinya oelh Inggris untuk menata asuhan
keperawatan pada sebuah Rumah Sakit Militer di Turki memberi peluang baginya
untuk meraih prestasi (Kalish and Kalish, 1986, dikutip dari Taylor C, 1989).
Hal ini disebabkan karena ia berhasila mengatasi kesulitan atau masalah yang
dihadapi dan berhasil menapis anggapa negative terhadap wanita dan meningkatkan
status perawat.
Perkembangan Keperawatan di Inggris
Seusai Perang
Krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris, sejarah perkembangan keperawatan
di Inggris sangat penting dipahami karena Inggeris membuka jalan bagi
negeri-negeri lain. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dalam
perawatan dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan, misalnya pendidikan
perawat di London Hospital meskipun kurikulumnya belum teratur. Pada tahun 1820
perkembangan keperawatan mengalami kemajuan paling pesat berkat Florence
mendirikan sekolah perawat modern. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi
pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
Konstribusi
Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa
nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa
akupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit,
mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya,
menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi
bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua
komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan
berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan
pendidikan berlanjut bagi perawat ( Dalon, 1978, dikutip dari Taylor C, 1989 ).
Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Tidak banyak
literature yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia. Seperti
hal perkembangan keperawatan didunia pada umumnya, perkembangan di Indonesia
juga dipengaruhi kondisi social dan ekonomi yaitu penjajahan pemerintah
colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia
setelah Indoensia merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia, pada
hakekatnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan
yang dibagi atas orde lama dan era orde baru.
Pada masa
pemerintahan colonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut Velpleger dengan dibantu zieken appaser sebagai penjaga orang sakit.
Mereka bekerja pada Rumah sakit “Binnen Hospital” di Jakarta yang didirikan tahun 1979 untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah colonial Belanda di bidang
kesehatan pada masa ini antara lain : membentuk Dinas Kesehatan Tentara yang
dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherhs Dienst dan Dinas Kesehatan
rakyat atau burgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit – rumah sakit
ini termasuk usaha Daebdeks mendirikan rumah sakit di Jakarta, Semarang dan
Surabaya, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti
karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.
Berbeda dengan
ketika VOC berkuasa, Gurbernur Jendral Inggris : Raffles ( 1811-1816) sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya “kesehatan adalah
miliki manusia” ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan
penduduk pribumi. Antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi cara
perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan
perawatan para tahanan.
Setelah
pemerintah colonial kembali ke tangan Belanda tahun, usaha-usaha peningkatan
kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta, tahun 1819 didirikan
beberapa rumah sakit. Salah satu diantaranya adalah rumah sakit Stadsverband
berlokasi di Glodok-jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo ( RSCM) saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat rujukan
nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri
pula beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan Zending
protestan. Misalnya ; RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat
RS St. Corolus Salemba - Jakarta Pusat
RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabet di Semarang. Bersamaan dengan
berdirinya rumah sakit di atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun
1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudian RSCM, menyelenggarakan
pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan
Tentara Sekutu dan kedatangan Jepang ( 1942 – 1945) menyebabkan perkembangan
keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berkibat buruk pada
perkembangan keperawatan di Inggris sehingga disebut zaman kegelapan dunia
keperawatan di Inggris. Maka penjajahan Jepang merupakan zaman kegelapan dunia
keperawatan di Indonesia, pekerjaan perawat yang pada masa Belanda dan Inggris
sudah dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang tugas
perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik dan menjadi perawat. Demikian
pula pimpinan rumah sakit yang sebelumnya orang-orang Belanda kemudian diambil
alih oleh orang-orang Jepang. Obat-obatan sangat kurang sehingga wabah penyakit
timbul dimana-mana. Demikian pula bahan-bahan balutan sangat kurang sehingga
daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.
Pembangunan
dibidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai
dibangun. Pada tahun 1952, Sekolah Perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru
Perawatan dan Sekolah Perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan
professional mulai didirikan pada tahun 1962 dengan didirikannya Akademi
Keperawatan milik Departemen kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profsional pemula. Hamper bersamaan dengan ini didirikan pula Akper milik
Depkes di Ujung pandang. Bandung dan Palembang. Jumlah Akper terus bertambah
dan saat ini ( Desember 1996), telah berjumlah 227 buah
Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
Pendirian
Program Studi Ilmu Keperawatan ( PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum
kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmu
Keperawatan, Institusi ini dipelopori oleh Tokoh keperawatan Indonesia antara
lain, Achir Yani S, Hamid MN,DN.Sc, mendiang Dra. Christin S Ibrahim MN, Phd,
Tien Gartinah MN, dan Dewi Irawaty MA. dibantu beberapa pakar dari Konsorsium
Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
professional. “Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat
bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan instruksi dokter. Tegas
Prof.Dr.Asri Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tempat
disenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK
angkatan pertama 1988. Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu
Keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
professional, memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana,
pengelola, peneliti dibidang keperawatan serta menghasilkan tenaga keperawatan
professional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama
iptek dibidang kedokteran.
Saat ini melalui
surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I tahun 1996, PSIK FKUI
telah berulah status Fakultas mandiri menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia ( FIK-UI) melengkapi Fakultas Ilmu Keperawatan – UI pada
Universitas Pajajaran Bandung sejak beberapa tahun lalu didirikan pula Program
Studi Ilmu Keperawatan.
Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Ketika ada
pertanyaan, “apakah keperawatan merupakan satu profesi?” maka salah satu
pertimbangan kita untuk menjawab pertanyaan ini adalah meneliti ada atau tidaknya organisasi profesi. Sebagai suatu
profesi, keperawatan memiliki organisasi profesi yang sangat bermanfaat dalam
menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan keperawatan, membuat
legislasi dan membahas berbagai fenomena yang terjadi atau berhubungan dengan
profesi keperawatan.
Organisasi
profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkaan diri
sebagai ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan fungsi social yang
tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, serta merupakan asosiasi yang bersifat
sukarela. Organisasi profesi bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan
yang kokoh diantara anggoatanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan anggotanya
disertai peningkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang
baik dengan organisasi profesi lain (International Council of Nurses dikutip
dari Report on the Regulation of Nursing, 1985). Dibawah ini diuraikan profil
beberapa organisasi keperawatan.
International Council of Nurses ( ICN)
International
Council of Nurses merupakan organisasi professional wanita pertama di dunia
organisasi ini didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 dimotori oleh Mrs.Bedford
Fenwick, ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia.
Tujuan pendirian ICN adalah mempekokoh silaturahmi para perawat dari seluruh
dunia, memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk
membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan, menjungjung tinggi peraturan
dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan
berdasarkan dan kode etik profesi keperawatan.
Kode etik
keperawatan menurut ICN ( 1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat
universal. Keperawatan menjungjung tinggi kehidupan, martabat dan hak asasi
manusia, kperawatan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit,
usia, jenis kelamin, aliran politik, agama dan status social ( taylor C.,dkk,
1989). ICN mengadakan kongres setiap empat tahun sekali. Kongres pertama
diadakan di London 1900. dan kongres terakhir pada akhir tahun 1996 diadakan di
Bandar Sri Begawan, Brunai Darussalam.
Organisasi Profesi Keperawatan di Amerika Utara
Ada tiga
organisasi profesi keperawatan yang besar di Amerika Utara yaitu American
Nurses Association ( ANA), Canadian Nurses Association ( CAN) dan National
League Nursing ( NLN).
American Nurses
Association adalah organisasi profesi perawat ( Registered nurses) di Amerika
serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari
organisasi perawat dari Negara-negara
bagian, ANA berperan dalam menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan
penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, serta menampilkan
mutu pendidikan keperawatan, pemberian izin bagi praktek keperawatan mandiri.
National League
for Nursing ( NLN) adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang
berkaitan dengan keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten
perawat ( pekarya) dan agencies. Didirikan pada tahun 1952, bertujuan untuk
membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
British Nurses Association ( BNA)
British Nurses
Association adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada tahun
1887 oleh Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
seluruh perawat di Inggris dan berusaha
memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PNNI)
Persatuan
Perawat Nasional Indonesia adalah perhimpunan seluruh perawat di Indonesia,
didirikan pada tanggal 17 Maret 1974, sebagai fusi dari beberapa organisasi
keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk
dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera
(PKVB) tahun 1921. pada saat itu profesi perawat sangat dihormati masyarakat
berkenan dengan tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya
Sumpah Pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum
Verpleger Indonesia (PKVI). Oergantian kata Boemibatera pada PKVB menjadi
Indonesia pada PKVI ini, tidak lepas dari semangat nasionalisme Indonesia PKVI
bertahan sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas Sekutu.
Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemunduran dan disebut zaman gelap keperawatan di Indonesia. Pelayanan
keperawatan mengalami kemunduran karena pekerjaan perawat digantikan oleh mereka
yang tidak memahami keperawatan. Demikian pula organisasi profesi tidak jelas
keberadaannya.
Bersamaan dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi keperawatan.
Setidaknya ada tiga organisasi profesi yang ada antara tahun 1945-1954 yaitu
Persatuan Djuru kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan serikat Buruh Kesehatan (
SBK). Pada tahun1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu
terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia
(PDKI) sebagai upaya konsolidasi organsasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK
karena terlibat pada Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam kurun
waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dna merubah nama PDKI menjadi
persatuan Pegawai Dalam kesehatan (PDKI) dengan keanggotaannya tidak saja
meliputi perawat. Demikian pula tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia ( IPWI),
Ikatan Guru Perawat Indonesia ( IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun
1969. dan akhirnya pada tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan
terkecuali Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi
tingkat nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ).
Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan di
Indonesia hingga saat ini.
Sebagai
organisasi profesi PPNI mempunyai peranan penting dalam melakukan pembinaan
anggotanya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Serta
mengelola pelayanan keperawatan.Pembinaan perawat sebagai anggota PPNI dapat
dilakukan melalui penentuan kualifikasi anggoat, penetapan legislasi, penetapan
kode etik, pengembangan karir dan peningkatan kesejahteraan perawat. Peran PPNI
dalam mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan dilakukan dengan
merencanakan menciptakan iklim yang mendukung bagi penelitian keperawatan,
mengidentifikasi masalah yang perlu diteliti dibidang pendidikan, pelayanan dan
manajemen keperawatan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan bekerja sama
dengan institusi pelayanan dan pendidikan keperawatan untuk melaksanakan
penelitian dan pengembangan keperawatan termasuk mempersipkan sumber daya
peneliti dibidang keperawatan. Sedangkan peran PPNI dalam mengelola pelayanan
keperawatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan dapat dilakukan dengan
cara merumuskan, registrasi dan lisensi keperawatan.
Referensi
Ali,
Zaidin H., (2000). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika
Blais,
Kathleen koenig, dkk,. (2002). Praktik Keperawatan Profesional :Konsep &
Perspektif. (Edisi 4). Jakarta : EGC
Deloughery,
G.L. (1991), Issues and Trends in
Nursing, Mosby Year Book, St Louis Baltimore.
Gaffar,
La Ode Jumadi. (1999). Pengantar
Keperawatan Profesional. Jakarta
: EGC
Priharjo
Robert, (2005). Konsep dan Perspektif : Praktik Keperawatan Profesional. (Edisi
2). Jakarta : EGC
Reed, Pamela G (2003), Perspectives on Nursing Theory,
Philadelphia : Lippincot Williams and
Wilkins
Soewandi, J
(1991), Ringkasan Sejarah Keperawatan, Batara,
Jakarta
Yunarsih, S, Diktat Kuliah
: Sejarah
Keperawatan, Jakarta, tidak dipublikasikan.
No comments:
Post a Comment