IMMOBILISASI
Pengertian Immobiliasasi
Immobilisasi atau tirah baring
adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas ). Misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya. Imobilisasi secara
fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
Jenis Imobilisasi
1. Imobilisasi
fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak
secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan
di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan.
2. Imobilisasi
intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan
otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilisasi
emosional
Keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena
bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4. Imobilisasi
sosial
Keadaan individu yang mengalami
hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga
dapat mempengaruhi perannya dalam keadaan sosial.
Penyebab Immobilisasi
Berbagai
kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, yaitu sebagai contoh :
1. Gangguan
sendi dan tulang
Penyakit reumatik seperti pengapuran
tulang atau patah tulangakan menghambat pergerakan.
2. Penyakit
Saraf
Adanya stroke, penyakit parkinson
dan gangguan saraf tepi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan
imobilisasi.
3. Penyakit
Jantung atau Pernafasan
Penyakit
jantung atau pernafasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak nafas ketika
beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ- organ tersebut akan
mengurangi mobilitasnya.
4. Gangguan
Penglihatan
Rasa
percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada gangguan penglihatan karena
ada kekhawatiran terpeleset, terbentur atau tersandung.
5. Masa
Penyembuhan
Pasien
yang masih lemah setelah menjalani operasi atau penyakit berat tertentu
memerlukan bantuan untuk berjalan atau banyak istirahat.
Tirah
baring atau immobilisasi berkepanjangan dapat membawa akibat- akibat yang
merugikan bagi fisik maupun psikologis. Konsep immobilisasi merupakan hal yang
relatif, dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi
Dampak
Immobilisasi Bagi Fisik
Dampak
dari immobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan
sistem pernafasan, perubahan krdiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi
(
buang air besar dan kecil ), vertigo (pusing tujuh keliling), dan perubahan
perilaku.
a. Perubahan
Metabolisme
Perubahan
metabolisme immobiliasasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan
katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan
metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine
dan peningkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang
mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan
metabolisme, diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar
dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan
gastrointestinal.
b. Ketidakseimbangan
Cairan Dan Elektrolit
Dampak
dari immobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c.
Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya
gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori
dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana
sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah
yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan
Fungsi Gastrointestinal
Immobilisasi
dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan
yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri
lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e.
Perubahan Sistem Pernafasan
Akibat
immobilisasi, kadar heamoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya
penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari
alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru
dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
f.
Perubahan Kardiovaskuler.
Perubahan
sistem kardiovaskuler akibat immobilisasi antara lain dapat berupa hipotensi
ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
trombus.terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular
akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pasa vena
bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas deangan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang tekumpul pada ekstremitas bawah
bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung
akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular
sehingga meningkatkan arus balik vena.
g. Perubahan
Sistem Muskuloskeletal.
1)
Gangguan Muskular : Menurunnya massa otot sebagai dampak immobilisasi dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas
otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot
dapat menyebabkan otropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang
telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain
menunjukan tanda lemah atau lesu.
2)
Gangguan Skeletal : Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiskasi
yang disebabkan otropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat
menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi. Osteoporosis terjadi
karena reabsorbsi tulang semakin besar, sehingga yang menyebabkan jumlah
kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui
urine semakin besar.
h. Perubahan
Eliminasi
Kurangnya
asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine
berkurang.
i.
Terjadi Vertigo
Karena
seseorang terlalu lama berbaring, sehingga aliran darah ke otak berkurang dan
menyebabkan pusing tujuh keliling, serta mempengaruhi nervus vestibularis.
j.
Perubahan Sistem Integumen
Perubahan
sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta
nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat
tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
k. Perubahan
Perilaku
Perubahan
perilaku sebagai akibat imobolitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan
menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan
dampak imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan mengalami
perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain.
Dampak
Imobilisasi Bagi Psikologis
Berbagai
masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat keadaan immobilisasi.
Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien mengalami penurunan
motivasi belajar, yang mana mereka sering tidak memahami pendidikan kesehatan
yang diberikan maupun sulit menerima anjuran- anjuran.
Beberapa
pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan sering
kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara misalnya menarik diri, apatis
atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien mengalami perubahan konsep diri
serta memberikan reaksi emosi yang sering tidak sesuai dengan situasi.
Terjadinya
perubahan prilaku tersebut merupakan dampak immobilisasi karena selama preses
immobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan,
dan lain- lain.
Upaya
Pencegahan Akibat Immobilisasi
Beberapa
upaya dapat dilakukan pengasuh pasien untuk mencegah timbulnya penyakit akibat
immobilisasi. Bila memungkinkan berkonsultasilah selalu dengan dokter atau
perawat.
Hal
hal yang dapat dilakukan oleh pengasuh, sebagai berikut :
a. Infeksi
saluran kemih
Pada keadaan tersebut pasien harus
dimotivasi untuk minum cukup banyak cairan.
b. Sembelit
Mengkonsumsi makanan tinggi serat
seperti sayur dan buah, serta minum cukup dapat membantu mencegah atau paling
tidak mengurangi kemungkinan timbulnya masalah sembelit akibat
immobilisasi.
c. Infeksi
Paru
Perubahan posisi dan tepuk-tepuk
dada atau punggung secara teratur dapat membantu memindahkan sputum tersebut
sehingga mudah dikeluarkan.
d. Masalah
Sirkulasi atau Aliran Darah
Diperlukan fisioterapi dan mungkin
kaos kaki khusus.
e. Luka
Tekan
Untuk mencegah terjadinya luka tekan
ini pasien yang mengalami immobilisasi harus diubah- ubah posisinya ( miring
kanan-kiri ) sekitar setiap dua jam.
No comments:
Post a Comment