Konsep Teori dan model keperawatan
Konseptual
komunitas merupakan pelayanan professional, yang pada prakteknya memerlukan
acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan atau mengatasi fenomena yaitu
penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Ada beberapa macam model
konseptual keperawatan komunitas yang dikembangkan oleh para ahli antara lain:
Florence Nightingale (1860) yang dikenal dengan istilah Enviromental model karena
menenkankan pengaruh lingkungan terhadap klien; H.E Peplau (1952) tentang
interpersonal relation in nursing;Virginia Henderson (1966) dikenal dengan Need
based Model; Dorothea Orem (1971) dikenal denan model keperawatan
mandiri;King’s (1971) dikenal dengan model system, Betty Neuman (1972) dikenal
dengan Systems model of Nursing, Sr.Calista Roy (1976) dikenal dengan model
adaptasi keperawatan,dsb
Namun tidak semua model yang ada tepat digunakan pada praktek keperawatan komunitas, karena masing-masing model mempunyai keunikan dilihat dari emp konsep utama paradigma keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Masing-masing konsep model akan memberikan penekanan tertentu pada konsep utama tersebut, misalnya, F.Nightngale memberi penekanan pada faktor lingkungan, Orem atau roy pada faktor manusianya dalam melatih kemandirian dan tingkat adaptasi klien terhadap pengaruh lingkungan
Namun tidak semua model yang ada tepat digunakan pada praktek keperawatan komunitas, karena masing-masing model mempunyai keunikan dilihat dari emp konsep utama paradigma keperawatan yaitu: manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Masing-masing konsep model akan memberikan penekanan tertentu pada konsep utama tersebut, misalnya, F.Nightngale memberi penekanan pada faktor lingkungan, Orem atau roy pada faktor manusianya dalam melatih kemandirian dan tingkat adaptasi klien terhadap pengaruh lingkungan
1. model perawatan mandiri “self care” D.E Orem (1971)
a.
Pengertian
Keper awatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980)
Keper awatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem’s 1980)
b.
Keyakinan dan nilai-nilai
·
Keyakinan Orem’s tentang
empat konsep utama keperawatan adalah:
- Klien : Individu atau kelompok yang tidak
mampu secara terus menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat,
pemulihan dari sakit/trauma atau coping dan efeknya.
- Sehat : Kemampuan individu atau kelompok
memenuhi tuntutan self care yang berperan untuk mempertahankan ndan
meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembangan
·
Lingkungan : Tatanan
dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik
d. Keperawatan : Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas structural, fungsi dan perkembangan berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik
d. Keperawatan : Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas structural, fungsi dan perkembangan berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
c.
Tujuan
Tujuan keperawatan pada
model Orem’s secara umum adalah :
·
Menurunkan tuntutan self
care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan
self care deficit.
·
Memungkinkan klien
meningkaatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care
·
Memungkinkan orang yang
berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan depenent (dependent care)
jika self carae tidak memungkinkan, oleh karena self care deficit apapun
dihilangkan.
·
Jika ketiganya diatas
tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
self care klien
Tujuan keperawatan pada
model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga/komunitas
adalah:
- Menolong klien dalam hal ini keluarga
untuk keperawatan mandiri secara therpeutik
- Menolong klien bergerak kearah tindakan-tindakan
asuhan mandiri
- Membantu anggota keluarga untuk merawat
anggota keluarganya yang mengalami gangguan secara kompoten.
Dengan
demikian maka focus asuhan keperawatan pada model Orem’s yang
diterapkan
pada praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah:
- Aspek Interpersonal : Hubungan didalam
keluarga
- Aspek sosial : Hubungan keluarga dengan
masyarakat disekitarnya.
- Aspek Prosedural : Melatih keterampilan
dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi
- Aspek Tehnis : Mengerjakan kepada keluarga
tentang tehnik dasar yan dilakukan dirumah misalnya melakukan tindakan kompres
secara benar
d.
Pengetahuan dan
Ketereampilan untuk Praktek
Perawat menolong klien
untuk menemukan kebutuhan self care dengan menggunakan tiga kategori dalam
system keperawatan dan melalui lima metode bantuan
·
Kategori Bantuan
-
Wholly Compensatory :
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu megontrol
dan memantau lingkungannya dan tidak berespon terhadap rangsangan
-
Partially Compensatory :
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yangmengalami keterbatasan gerak karena
sakit atau kecelakaan
-
Supportie Education :
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari,
agar mamapu melalukan perawatan mandiri
·
Metode Bantuan
Pearawat membantu klien
engan menggunakan system dan melalui lima metode bantuan yang meliputi:
-
Acting atau melakukan
sesuatu untuk klien
-
Mengajarkan klien
-
Mengarahkan klien
-
Mensupport klien
-
Menyediakan lingkungan
untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
Untuk melaksanakan hal tersebut, Lima area utama untuk praktek keperawatan di diskripsikan ebagai berikut:
Untuk melaksanakan hal tersebut, Lima area utama untuk praktek keperawatan di diskripsikan ebagai berikut:
a.
Masuk kedalam dan
memelihara hubungan perawat – klilen dengan individu, keluarga atau kelompok
sampai klien dapat diizinkan pulang dari perawatan.
b.
Menetapkan jika dan
bagaimana klien dapat dibantu melalui perawatan.
c.
Merespon keperluan klien,
keinginannya dan kebutuhannya untuk kontak dengan perawat dan asisten
d.
Mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan keperawatan dan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan atau diterima, atau pelayanan sosial dan penyuluhan
yang dibutuhkan atau yang diterima.
Model konsep/ teori keperawatan self care mempunyai maka bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat meentukan tingkat bantuan yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan model konsep / teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.
Model konsep/ teori keperawatan self care mempunyai maka bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat meentukan tingkat bantuan yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan model konsep / teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.
e.
Apiliksi terhadap
keperawatan Keluarga.
Perawatan anggota keluarga
yang mengidap diabetes mellitus dengan tipe ketergantungan insulis, sehingga
perlu dilakukan penyuntikan insulin berkala diperlukan pelatihan kemandirian
klien dan keluarga dalam melakukan penyuntikan insulin tersebut.
2. Model “Health carae System” B. Neuman (1972)
Model konsepsual dari Neuman membri penekanan pada penurunan
stress dengan memperkuat garis pertahanan diri baik yang bersifat fleksibel,
normal maupun yang resisten. Intervensi ini diarahkan pada ketiga garis
pertahanan tersebut yang terkait dengan tiga level prevensi. Model ini
menganalisa interaksi dari empat variable yang menunjang komunitas, yaitu
fisiologis, Psikologis, Sosial cultural, dan perkembangan spiritual, adapun
tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang
dinamis.
Asumsi yang dikemukakan oleh Neuman berdasarkan empat konsep
utama dari paradigma keperawatan yang terkait dengan keperawatan komunitas
adalah sebagai berikut:
Manusia : Merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
Manusia : Merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
Lingkungan : Meliputi semua factor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar atau system klien
Sehat : Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan. Sehat merupakan keseimbngan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari/mengatasi stressor
APLIKASI MODEL NEUMAN PADA KOMUNITAS
Sesuai dengan Neuman, kelolmpok/komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari lima tahapan: pengkajian, penegakan diagnosa kepererawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
Sesuai dengan Neuman, kelolmpok/komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari lima tahapan: pengkajian, penegakan diagnosa kepererawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
A. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada kelompok/komunitas adalah : Core/ inti : data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari usia, pendidkan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
Delapan sub-sistem yang mempengaruhi komunitas;
Yang perlu dikaji pada kelompok/komunitas adalah : Core/ inti : data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari usia, pendidkan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
Delapan sub-sistem yang mempengaruhi komunitas;
1.
Perumahan yang dihuni oleh
penduduk, bagaimana penerangan, sirkulasi kepadatannya yang bisa merupakan
stressor bagi penduduk
2.
Pendidikan: apakah ada
sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
3.
Gangguan dan keselamatan
di lingkungan tempat tinggal → apakah tidak menimbulkan stress
4.
Politik dan kebijakan
pemerintah, apakah cukup menunjang ehingga memudahkan komunitas mendapatkan
pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan
5.
Pelayanan kesehatan yang
tersedia untuk melakukan deeksi dini gangguan atau merawat/emantau apaila
gangguan sudah terjadi
6.
Sistem komunikasi: sasaran
komunkasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunita tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan (mis. kardiovaskular)
misalnya: televise, radio, Koran, atau leaflet yang diberikan untuk komunitas
7.
Ekonomi: tingkat sosial
ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR, di bawah atau di
atas sehingga upaya pelayanan, misalnya anjuran untuk mengkonsumsi jenis
makanan bisa disesuaikan dengan status ekonomi tersebut
h. Rekreasi: apakah tersedia sarana, kapan saja di buka, apakah biayanya terjangkau oleh komunitas yang bisa digunakan oleh komunitas untuk menghilangkan stress
h. Rekreasi: apakah tersedia sarana, kapan saja di buka, apakah biayanya terjangkau oleh komunitas yang bisa digunakan oleh komunitas untuk menghilangkan stress
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS/KELOMPPOK
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi
komunitas terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen:
1.
Problem/masalah
2.
Etiologi/penyebab
3.
Manifestasi/data penunjang
Contoh : Resiko
peningkatan gangguan kardiovaskular pada komunitas di RW. 09, Kelurahan
Rappocini berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat tentang hidup sehat
yang dimanifestasikan dengan 0.15 % ditemukan angka masyarakat yang dirawat
dengan gangguan kardiovaskular, 50% mengkonsumsi lemak tinggi, 20 % berolah
raga dan rekreasi teratur, dan informasi tentang gangguan kardiovaskular kurang
C. PERENCANAAN
1.
Pendidikan kesehatan
tentang ganggguan kardiovaskular, nutrisi
2.
Demonstrasi keterampilan
stress dan relaksasi
3.
Lakukan deteksi dini
tanda-tanda gangguan kardiovaskular melalui pemeriksaan tekanan darah
4.
Bekerja sama dengan ahli
gizi untuk menetapkan diet gizi yang berisiko
D. INTERFENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, dan tertier
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan
bio-psiko-sosiokultural-spritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu
fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut dengan berfokus pada empat intervensi yaitu yang bersifat
promosi yang dilakukan bila ganguan yang terjadi pada garis pertahanan
fleksibel; intervensi yang bersifat prevensi jika yang terganggu adalah garis
pertahanan normal; dan intervensi yang bersifat kurasi dan rehabilitasi apabila
garis pertahanan resisten terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pada klien (individu, keluarga, kelompok,
dan komunitas) yang berhubungan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada
ketiga garis pertahanan tersebut dan berupaya membantu mempertahankan
keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhdap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami gangguan.
Intervensi yang dilakukan terhdap klien ditujukan pada garis pertahanan yang mengalami gangguan.
1.
Intervensi yang bersifat promosi
berupa:
a.
Pendidikan kesehatan
b.
Mendemonstrasikan
keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien di rumah/komunitas
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan atau menyeimbangkan garis pertahanan
normal
2.
Intervensi yang bersifat
prevensi, berupa:
a.
Deteksi dini pada gangguan
kesehatan/gangguan keseimbangan garis pertahanan , misalnya: deteksi diri
tumbuh kembang anak, keluarga, dll,
b.
Memberikan zat kekebalan
pada klien yang bersifat individu, misalnya imuisasi, atau yang bersifat
keluarga/komunitas, misalnya konseling awal(konseling pra-nikah), dll
c.
Intervensi yang dilakukan
di no. 1
3.
Intervensi yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif berupa:
a.
Melakukan prosedur
keperawatan yang memerlukan kepakaran perawat, misalnya melatih klien untuk
duduk dan berjala
b.
Memberikan konseling untuk
penyelesaiaan masalah
c.
Memberikan konseling untuk
penyelesaiaan masalah
d.
Melalukan kerjasama lintas
program/sectoral untuk penyelesaiaan masalah
e.
Melakukan rujukan
keperawatan atau non keperawatan (lintas program/sectoral)
f.
Bekerjasama dengan aparat
pemda setempat untuk mengamankan lilngkungan/komunitas apabila stressor berasal
dari lingkungan
g.
Rujukan ke RS bila
diperlukan
E. PELAKSANAAN
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
1.
Bantuan untuk mengatasi
masalah kardiovaskular di komunitas, mempertahankan kondisi yang seimbang sehat
dan meningkatkan kesehatan
2.
Mendidik komunitas tentang
perilaku sehat untuk mencegah gangguan kardiovaskular
3.
sebagai advokat bagi
komunitas dan sekaligus untuk memfaslitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas
F. EVALUASI
1.
Menilai respon verbal dan
non verbal komunitas setelah intervensi dilakukan
2.
Mencatat adanya kasus baru
yang dirujuk kerumah sakit
3.
Memodifijasi perencanaan
sesui dengan kasus baru yang ada
4.
Model Adaptasi C. Roy
(1976)
a.
Teori Adaptasi Sister
calista Roy
Dalam asuhan keperawatan,
menurut Roy (1984) sebagai pnerima asuhan keperawatan adalah individu,
keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic adaptic system”
dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan
System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesauan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.sistem terdiri dari proses input, output, control dan umpan balik (Roy, 1991)
System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesauan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.sistem terdiri dari proses input, output, control dan umpan balik (Roy, 1991)
b.
Tujuan dari aplikasi model
adaptasi pada keperawatan komunitas adalah untuk mempertahankan perilaku
adaptif dan mengubah perilaku maladaftive pada komunitas.adapun upaya pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan
perilaku adaptif. Intervensi keperatan ditujukan untuk menekan stressor dan
meningkatkan mekanisme adaptasi. Melalui model adaptasi, diharapkan masalah
kesehatan komunitas yang dapat diatasi dengan mengubah atau meningkatkan perilaku adaptif
komunitas/masyarakat.
Menurut Roy elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian
tingkat pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi
dan evaluasi
Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi tingkah laku yang actual dan potensial apakah memperlihatkan maladaptive dan mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku maladaptif.Empat model adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran dan model interdependensi.
Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi tingkah laku yang actual dan potensial apakah memperlihatkan maladaptive dan mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku maladaptif.Empat model adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran dan model interdependensi.
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu
tahap dan pengkajian tahap II
a)
Tahap I : Pengkajian
Perilaku
Ini merupakan tahap proses
keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan memutuskan klien adptif dan
maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah
dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan. Misalnya terlalu sedikit
oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat
menggunkan wawancara, observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien
sekarang dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis
apakah perilaku ini adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive.
b)
Tahap II: Pengkajian faktor
- faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk
pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu
stimuli focal, kontekstual dan residual.
·
Identifikasi stimuh focal
Stimuli tocal merupakan
perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat dapat melakukan pengkaian
dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu : Keterampilan melakukan
observasi, melakukan pengukuran dan interview.
·
Identifikasi stimuli
kontekstual
Stimuli kontekstual ini
berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi oleh
stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran
perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat
dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehlangan skedul sekolah.
Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi adalah secara internal faktor
anak menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi
kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran,
interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
·
Identifikasi stimuli
residual
Pada tahap ini yang
mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan
bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana
keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit
diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.
c)
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses
pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa
keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap
pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa
keperawatan
Menggunakan 4 (empat)
model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen
d)
Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan
bahwa secara urnum tujuan pada intervensi keprawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi :
Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi
tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap
stimulus focal, konteksual dan residual.
e)
Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.
f)
Tindakan keperawatan
berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali
pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.
g)
Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
5.
Model Sistem Imogene M
King (1971)
Teori keperawatan model
king memahami model konsep dari teori keperawatan dengan menggunakan psistem
terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan limgkungan, sehingga King
mengemukakan kkonsep kerjanya yang meliputi adanya system personal, system
interpersonal dan system sosial yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut King system
personal merupakan system terbuka dimana di dalamnya terdapat persepsi, adanya
pola tumbuh kemban, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan
lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara
perawat dan pasien serta huhbungan sosial yang mengandung arti bahwa suatu
interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan system sosial sesuai dengan
situasi yang ada. Melalui dasar system tersebut maka king memandang manusia
merupakan individu yang relative yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan
objek.Manusia sebagai makhluk yang beriorentasi terhadap waktu tidak lepas dari
masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yanf akan daatang dan
sebagai mahluk sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yang akan
berinteraksi satu dengan yang lain.
Dalam buku King Tahun
1981, keluarga dibahas secara luas.King memandang keluarga sebagai system
sosial dan konsep utama dalam modelnya. Keluarga diperlakukan baik sebagai
konteks maupun klien. King menjlaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat
bagi perawat bila terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan
mereka atau mengatsi masalah atau keadaan sakit.
Keluarga seagai subsistem komunitas merupakan sistem terbuka di mana teijadi hubungan timbal balik antara keluarga ciengan komunitas, yang sekaligus sebagai umpan balik. Sesuai dengan model sistem dalam mengkaji komunitas, maka keluarga dikaji sebagai sebuah sub sistem dan komunitas. lntervensi keperawatan yang dilakukan terkait pada dua sasaran yaitu keluarga dan komunitas. Dengan demikian keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat/komunitas.
Komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem keluarga dari supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Sub sistem yang terdapat pada kornunitas sating berinteraksi, interrelasi, dan interdependensi satu Sama lain. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi kornunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu sub sistem pendidikan, di mana masyarakat akan kehilangan informasi dan pengetahuan. Akibatnya dapat menimbulkan kurangnya pengetahuan akan kesehatan atau ketidaktahuan dalam memodifikasi lingkungan sehingga memerlukan intervensi keperawatan.
Tujuan yang ingin dicapai dari teori king (1971, 1981, 1987) berfokus pada interaksi tiga system : Sistem personal, system interpersonal antara perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dank lien di pengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian juga oleh system asuhan kesehatan yang berlaku. Tujuan perawat adalah meman\mfaatkan komunikasi untuk membantu kklien dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan
Keluarga seagai subsistem komunitas merupakan sistem terbuka di mana teijadi hubungan timbal balik antara keluarga ciengan komunitas, yang sekaligus sebagai umpan balik. Sesuai dengan model sistem dalam mengkaji komunitas, maka keluarga dikaji sebagai sebuah sub sistem dan komunitas. lntervensi keperawatan yang dilakukan terkait pada dua sasaran yaitu keluarga dan komunitas. Dengan demikian keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat/komunitas.
Komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem keluarga dari supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Sub sistem yang terdapat pada kornunitas sating berinteraksi, interrelasi, dan interdependensi satu Sama lain. Adanya gangguan atau stressor pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi kornunitas, misalnya adanya gangguan pada salah satu sub sistem pendidikan, di mana masyarakat akan kehilangan informasi dan pengetahuan. Akibatnya dapat menimbulkan kurangnya pengetahuan akan kesehatan atau ketidaktahuan dalam memodifikasi lingkungan sehingga memerlukan intervensi keperawatan.
Tujuan yang ingin dicapai dari teori king (1971, 1981, 1987) berfokus pada interaksi tiga system : Sistem personal, system interpersonal antara perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh perawat dank lien di pengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian juga oleh system asuhan kesehatan yang berlaku. Tujuan perawat adalah meman\mfaatkan komunikasi untuk membantu kklien dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan
Referensi
Alfaro, Le Fevre
Rosalinda (2002), Applying Nursing Proccces :a Tool for critical
thinking, Philadelphia, Lippincot Williams and Wilkins
Badman, EL &
Badman, B (1988), Fundamental Critical
Thinking In Nursing, Norwalk : Appeton and Lange.
Christenen, Pj
& Kenney, Jw (1995), Nursing Process
Application of Conceptual Models, Fourth Edition, Mosby, St Louis Baltimore
Creven, Ruth
(1996), Fundamental of ursing Human
Health and Fungtion, Philadelphia, Lippincot
Curtine Leok
(1991), Nursing Ethices Theories &
Maryland, Rolent t, Brody Co
Deloughery, G.L.
(1991), Issues and Trends in Nursing, Mosby
Year Book, St Louis Baltimore.
Hidayat, A.A.
(2004), Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Johnson, Betty.M
, ( 2005 ). An Introductory to Theory and reasoning in Nursing. Philadelphia :
Lippincot and Willkins.
Kozier, B
(1988), Concepts & Issues in Nursing
Practice, California, Addison Wesley Publishing Co.
Kozier, B
(1997), Fundamental of Nursing : Concept
and Procedure, , California, Addison Wesley Publishing Co.
Nicoll, LH
(1997), Perspectives on ursing Theory, Third
edition, Lippincot, Philadelphia, New York.
Pearson &
Vaughan (1986), Nursing Model for
Practice, London, Hiniema Nursing
Reed, Pamela G
(2003), Perspectives on Nursing Theory,
Philadelphia : Lippincot Williams and
Wilkins
Rubenfeld, M
& Scheffer, BK (1999), Critical
Thinking in Nursing : An Interactive Approach, Philadelphia, Lippincot
Ruth, M &
Sall (19899), Essential of Nursing Leadership & Management, Philadelphia, FA
Davis Co
Soewandi, J (1991), Ringkasan
Sejarah Keperawatan, Batara, Jakarta
No comments:
Post a Comment