Tuesday, March 18, 2014

TEORI DASAR KEPEMIMPINAN


PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan.Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi.Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi.
Pada tahun 1997, lebih dari 5000 perawat dari 120 negara bertemu dalam kongres ke-21 International Council Of Nurses (ICN) di Vancouver, British Columbia, untuk membahas arah pelayanan kesehatan internasional dari perawat diseluruh dunia. Tema utama dari kongres tersebut adalah bagaimana “memancing para perawat untuk melatih kemampuan kepemimpinan” mereka sebagai pendamping, dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tenaga keperawatan merupakan salah satu sumber daya manusia dalam suatu unit pelayanan keperawatan, dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusianya (Nayak, 2007).
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat.Hal ini bekaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanan keperawatan dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan.Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan (Aziz Alimul, 2004).

1.      Defenisi
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono,1994:181).
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu (Kartono, 2005).
Pemimpin merupakan agenperubahan, orang yang perilakunya akan lebih memengaruhi orang lain daripadaperilaku orang lain yang memengaruhi mereka. Kepemimpinan timbul ketika satuanggota kelompok mengubah motivasi atau kompetensi anggota lainnya di dalamkelompok”.
Kepemimpinanmerupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460).
Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George R.Terry, Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for group objectives.Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberianpengaruh pada kegiata-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya.
Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people to follow in the achivement of a common goal. Handbook of Leadership, memberikan definisi kepemimpinan sebagai“suatu interaksi antar anggota suatau kelompok.

2.      Teori Kepemimpinan Dasar
Ø  Konsep Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori kepemimpinan:
Ø  Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:
1.      Kecerdasan
2.      Kemampuan mengawasi
3.      Inisiatif
4.      Ketenangan diri
5.      Kepribadian
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagaio rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
v  Kecerdasan
           Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
v  Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
v  Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
v  Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
Kajian kepemimpinan pada mulanya didasarkan pada asumsi bahwa pemimpin dilahirkan, tidak dibuat. Peneliti kemudian mengidentifikasi serangkaian pembawaan pemimpin yang membedakan dengan pengikutnya, serta pemimpin efektif dengan pemimpin tidak efektif. Teori pembawaan kepemimpinan mencoba menjelaskan karakteristik khusus kepemimpinan yang efektif. Peneliti menganalisis pembawaan fisik dan psikologis serta kualitas, seperti level kemampuan yang tinggi, keagresifan, kepercayaan pada diri sendiri, daya persuasif yang dimiliki dan kekuasaannya dalam mengidentifikasi serangkaian pembawaan yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses. Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat dan perangai pemimpin tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat fisik, sosial dan psikologis (Introducing Leadership Studies, 2001: 18; Leadership, 2001: 1; Sadler, 2001: 11).
Atas dasar pemikiran di atas ada anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin. Karena itu, timbul usaha dari para ahli untuk meneliti dan merinci kualitas seorang pemimpin yang berhasil melaksanakan tugas kepemimpinannya, kemudian hasilnya diformulasikan ke dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut “teori sifat kepemimpinan” (Robbins, at.al., 1994: 469).



Teori Sifat atau Pembawaan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

Bakat-bakat kepemimpinan: merepresentasikan karakteristik personal yang membedakan para pemimpin dari bawahannya.
·  Temuan historis menunjukkan bahwa pemimpin dan bawahan dibedakan berdasarkan:
-    intelijensi,
-    dominasi
-    kepercayaan diri
-    tingkat energi dan aktivitas
-    pengetahuan yang relevan dengan tugas
·  Temuan kontemporer menunjukkan bahwa:
-    orang cenderung mempersepsikan seseorang selaku pemimpin ketika menunjukkan bakat yang berhubungan dengan intelijensi, maskulinitas dan dominasi
-    orang mengharapkan pemimpin tersebut menjadi kredibel
-    pemimpin yang kredibel adalah pemimpin yang jujur, berpandangan jauh ke depan dan cakap.


Daftar pembawaan digunakan sebagai prasyarat untuk mengusulkan calon untuk menduduki posisi kepemimpinan. Calon yang bisa diberi kesempatan menduduki posisi kepemimpinan adalah yang memiliki semua pembawaan yang diidentifikasi. Namun, tidak satu pun yang menjadi daftar pembawaan universal yang dimiliki oleh pemimpin sukses atau pembawaan yang menjamin keberhasilan kepemimpinan. Pertanyaannya, perangai bagaimana yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin. Ternyata hasil usaha yang dilakukan oleh para pakar sangat heterogen sehingga timbul keraguan terhadap hasil tersebut. Sisi positifnya ialah meskipun tidak ada daftar yang menjamin keberhasilan kepemimpinan, namun pembawaan yang terkait dengan keberhasilan kepemimpinan dapat teridentifikasi.
Ø  Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:

v  Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki cirri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan tugas organisasi.
v  Berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada baawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continum pada dasasrnya ada dua yaitu berorientasi pada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan atau hubungan kerja.Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).
Tingkah laku pemimpin lebih terkait dengan proses kepemimpinan. Karena itu, ada dua dimensi utama kepemimpinan yang dikenal dengan nama konsiderasi dan struktur inisiasi. Dua macam kecenderungan perilaku kepemimpinan tersebut pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.


Teori Gaya Keperilakuan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

·  Studi Ohio State University mengidentifikasi dua dimensi penting perilaku pemimpin
(1)   Konsiderasi: menciptakan respek dan kepercayaan timbal-balik dengan bawahan
(2)   Inisiasi struktur: mengorganisir dan meredefinisi apa-apa yang akan dikerjakan oleh anggota kelompok
·  Studi Michigan University mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang sama dengan studi yang dilakukan oleh Ohio State University.
= salah satu gaya terfokus pada pekerja dan gaya yang satunya terfokus pada pekerjaan
·  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang terbaik. Efektivitas gaya kepemimpinan tertentu tergantung pada situasi di mana gaya tersebut diterapkan.

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif melakukan konsiderasi tergantung pada aspek berikut:
·        Kepuasan pengikut terhadap pemimpin tergantung pada derajat konsiderasi yang ditunjukkan oleh pemimpin.
·        Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak menyenangkan dan mendesak, dari pada ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak mendesak.
·        Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih banyak tanpa mengurangi kepuasan pengikutnya.
·        Konsiderasi yang diberikan sebagai respons terhadap kinerja yang baik akan meningkatkan kemungkinan kinerja yang baik di masa depan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan inisiasi struktur adalah:
·        Inisiasi struktur yang memperjelas peran tambahan akan meningkatkan kepuasan.
·        Inisiasi struktur akan menyurutkan kepuasan pengikut ketika struktur tersebut sudah tersedia.
·        Inisiasi struktur akan meningkatkan kinerja ketika tugas tidak jelas.
·        Inisiasi struktur tidak akan mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas (Leadership, 2001: 2).
Uraian di atas memperjelas bahwa teori kepemimpinan perilaku mencoba menjelaskan keunikan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang efektif, atau memahami sifat-sifat pekerjaan pemimpin. Sepuluh peran manajerial dari Henry Minzberg merupakan salah satu contoh teori kepemimpinan perilaku. Peneliti perilaku menekankan pada penemuan cara mengklasifikasikan perilaku yang dapat memberikan pemahanan mengenai kepemimpinan.

Ø  Teori Situasional
Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
-          Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
-          Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
-          Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
-          Norma yang dianut kelompok
-          Rentang kendali
-          Ancaman dari luar organisasi
-          Tingkat stress
-          Iklim yang terdapat dalam organisasi
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntunan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
1.      Model Kontinum Otkratik-demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bargaya demokratik dan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol disini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
2.      Model “Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
-     Hubungan atasan dan abwahan dikategorikan baik.
-     Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi.
-     Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
3.      Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah:
-          Memberitahukan
-          Menjual
-          Mengajak
-          Melakukan pendelegasian
4.      Model “Jalan-Tujuan”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahan. Perilaku pimpinan berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan factor motivasional bagi bawahannya.
Perhatian utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.

3.      Kepemimpinan Kontingency
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan.  Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik.
Pada mulanya, teori kepemimpinan yang dibangun oleh Fiedler ini menekankan pada dua sasaran, yakni melakukan idenfikasi faktor-faktor penting dalam situasi tertentu dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Hasil penelitian Fiedler menunjukkan bahwa, dalam situasi kerja selalu ada tiga elemen yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif, yakni: hubungan pemimpin dengan bawahan, struktur tugas dan ketangguhan posisi pemimpin.
Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik.  Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.  Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization context). Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation Favorability.
a.      Leader Orinetation adalah : apakah pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi pada relationship atau beorientasi pada task. Leader Orientation diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
b.      Situation favorability adalah : sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
1.      Leader-Member Orintation (LMO): hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
2.      Task Structure (TS): tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
3.      Position Power (PP): tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah dan PP sedikit.


Representasi Model Kontingensi Fiedler

(Sumber: diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)
Pengendalian Situasional
Pengendalian Situasi Tinggi
Pengendalian Situasi Moderat
Pengendalian Situasi Rendah

Hubungan Pemimpin-Anggota

Struktur Tugas

Kekuatan posisi

Baik         Baik         Baik


Tinggi      Tinggi      Tinggi

Kuat         Lemah     Kuat


Baik          Buruk        Buruk


Rendah      Tinggi       Tinggi

Lemah       Kuat          Kuat

Buruk         Buruk


Rendah       Rendah

Kuat           Lemah
Situasi
I            II           III
IV           V           VI
VII          VIII

 
 

















4.      Kepemimpinan Contemporary
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih oleh banyak orang yaitu:
·        Teori penyimpulan terkait (correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya.
·        Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional resources) Bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan)
·        Teori atribusi internal dan ekternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.

5.      Issue Kepemimpinan
Ada atau tidak adanya kepercayaan menjadi isu kepemimpinan yang sangat penting dalam organisasi dewasa ini.Adapun lima dimensi kunci kepercayaan:
ü  Integritas : merujuk pada kejujuran dan kebenaran
ü  Kompetensi: mencakup pengetahuan dan keterampilan tehnis dan interpersonal
ü  Konsistensi: terkait dengan kehandalan dalam menangani situasi.
ü  Loyalitas: keinginan melindungi orang lain (biasanya atasan)
ü  Keterbukaan: kejujuran terhadap orang lain
Isu terkait kepemimpinan kontemporer:
a.      Kepemimpinan Kharismatis: pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan heroic/luar biasa ketika mereka mengamati perilaku pemimpin mereka.
b.      Kepemimpinan transformasional: pemimpin yang menginpirasi pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikut.
c.       Kepemimpinan Visioner: kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

1.      James A.F. Stoner, Management, Secont Editions, Prentice-Hall International, Inc., 1982.
2.      Robert J. Thierauf, Robert C. Klekamp, Daniel W. Gedding, Management Principles and Practices: A Contigency and Questionnare Approach, John Willey & Son, New York, 1997
3.      Stephen J. Carrol & Henry L. Tosy, Organizational Behavior, John Willey & Son, New York, 1977
4.      Fiedler, F.E.1967. A Theory of Leadership Effectivenss, New York: McGraw-Hill.
5.      Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1989. Management, Prentice-Hall of India.
6.      Vroom V. dan Yetton, P. 1974. Leadership and Decision Making, Pittsburgh, PA: University of Pittsbyrgh Press.
7.      Robbins, Stephen, et.al. 1994. Organizational Beharviour: Concepts, Controversies and Applications, Prentice-Hall Australia and New Zealand.
8.      Howell, J.M. dan Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership,Transactional Leadership, Locus of Control Support for Innovation, Journal of Applied Psychology 78, p. 891-902.

No comments:

Post a Comment